Jumat, 06 November 2009
Okay...annyeong everybody *gw kayak kampungan ye?*
Sekarang gw lagi pengen nge-share tentang ultah gw tanggal 3 November kemaren ntuh haha...
Emang sih sederhana...kado yang gw dapet juga ga banyak en...ya sederhana...
tapi yang pasti gw bener'' terharu ma cara sahabat'' gw ngerayain ultah gw...
Kronologi kejadian...*cieileh*
-Pertama pas jam 12 malem tuh...gw tungguin sms dari temen gw,biasanya kan mereka suka sms kejutan gitu jam 12 malem..eh,tapi ternyata yang nongol cuma 1 orang doang (Re'')
-Pas paginya semuanya anteng'' weh..kayak ga ada yang peduli gitu..
-Pas gw mau ngambil buku di loker...
Tiba-tiba....
Sahabat'' gw..(Dea,Yo'',Melani,en Re'') terlihat dari kejauahan...
Terus mereka tereak''..."Saengil chukahamnida" gituan lah...
Deuh..malu banget gw...*gw nyembunyiin kepala ke dalem loker* *canggih*
Walaupun gw malu,tapi gw seneng hehe..soal ternyata sahabat'' gw pada care ma ultah gw..
Terus pas gw buka hadiah nya di rumah...
Seneng gw haha...novel'' yang pengen gw beli dikasih gratis en cuma'' bo...haha...

Ada lagi ternyata yang bikin gw tambah seneng haha...
emang ini ga mahal...bahkan ga beli malah...tapi terharu ma usaha en kerja keras mereka gitu...

Emang keliatannya biasa kan?
Tapi isinya luar biasa loh haha...
Keren banget deh pokoknya....
Pertama buku yang kanan...isinya fan fic,yang buatnya Melani....itu fan fic One Shot en gw dipairing ma Jae Joong...*dipaksa.com*
Temen gw Dea en Yo'' nulis tuh buku (yang kiri) ....kira'' 3 bulan deh kalo ga salah...
Isi buku itu tuh fan fic chaptered *wow* lima belas chapter bo..fan fic tentang persahabatan kita yang digabung ama Big Bang...en seperti biasanya gw pasti dipairing ma Seung Hyun alias T.O.P lagi...*rada bosen saia*
Kalo mau tau isinya gw foto'' juga sih sekilas...
Ene nih....


Label: Me and My Friends, my daily diary, Special Gift
Selasa, 03 November 2009

Annyeong...
Gomawo semua yang udah komen buat fic yang kemaren gw post hehe..
hari ini gw mau ngepost lagi..
rencananya sih penen ngepost ntar...tapi mata saia udah keburu ga kuat euy...
jadi gw post skg..
ini buat ulang taunnya TOP alias Choi Seung Hyun...besok tgl 4 Nov...
Oh yah..fic ene tuh special editionnya dari fic chaptered gw yang You're the Key of My Secret...
ya udah baca en komen aja deh...
PS: Judul tidak menentukan senang atau sedihnya suatu cerita loh..
jadi baca aja dulu...baru komen...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Min Young POV
“Oppa...jangan pergi...aku mohon,” aku kembali memeluknya erat.
“Mianhae...aku benar-benar harus pergi,” katanya lirih.
“Kami punya alasan..” tambah Ji Yong yang berdiri di sebelah Seung Ri.
“Memangnya alasan apa?”
“Ini,” Young Bae memberikan selembar kertas kepada Seung Hyun.
KONTRAK REKAMAN
“Mwo?” tanyanya tidak percaya.
“Jadi...Hyung tidak jadi pergi ke Jepang kan?” tanya Dae Sung ingin memastikan.
Seung Hyun hanya diam saja namun wajahnya mengembangkan senyum seulas.
Tanpa basa-basi lagi langsung kudekap pinggangnya sambil meneteskan air mata bahagia.
Kejadian itu rasanya tak pernah bisa kulupakan dari benakku.
Walaupun kejadian itu sudah berlalu setahun lamanya,tetapi entah mengapa aku selalu menganggapnya baru terjadi kemarin.
Masih dapat kurasakan awal kehilangan itu dan masih dapat pula kurasa akhir yang berujung pada kebahagiaan terindah.
Sekarang walaupun aku bahagia bersama dirinya,tetapi semuanya telah berubah.
Dulu sebelum mereka merasakan awal dari masa debut mereka,kehidupan terasa indah,berwarna,dan berjalan sesuai dengan rencana.
Namun sekarang,hal itu tidak dapat dirasakan.
Kehidupan terasa hampa walaupun dirinya masih menjadi milikku.
End of Min Young POV
--------------------------------------------------------
Drrrt...Drrrt...Drrrt....
Min Young melihat layar handphone-nya yang masih bergetar.
SEUNG HYUN OPPA
Wajahnya langsung tersenyum saat melihat tulisan di layar handphone flip-nya.
“Yeoboseyo?”
“Min Young~a...mianhaeyo...jeongmal mianhae..”
“Oppa? Ada apa? Sekarang Oppa ada di mana?”
“Mmm...Min Young~a,mianhaeyo...ternyata aku tidak bisa datang.”
“Oh,gwenchana,Oppa.”
Min Young langsung menutup handphone flip-nya dengan keras.
Walaupun ia mengucapkan kata-kata itu dengan sedikit senyuman di wajahnya,tetapi sebenarnya hatinya merasa luka dan tertipu.
Waktunya sudah terbuang sia-sia di tengah dinginnya malam ini.
Padahal pagi tadi wajahnya berseri saat Seung Hyun memberitahunya bahwa nanti malam jadwalnya sedang kosong,maka dari itu mereka bisa berjanjian untuk bertemu.
Tetapi,ternyata harapan itu hilang seketika dan itu bukanlah kejadian untuk pertama kalinya bagi Min Young.
----------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.
Lama sekali aku tidak melihat senyuman dan keceriaannya yang membuat rasa lelahku hilang seketika itu.
Aku rindu padanya,tetapi untungnya hari ini rasa rinduku itu dapat segera terobati karena Hyo Jin berkata bahwa jadwal malam ini kosong jadi aku dapat keluar sebentar untuk menghabiskan waktu bersamanya.
Sekarang sudah jarang sekali aku dapat bertemunya,padahal dulu hampir setiap hari aku dapat belajar dan menghabiskan waktu bersamanya.
Memang sekarang aku sudah berhasil mencapai cita-citaku,tetapi tanpa dirinya aku merasa selalu ada yang kurang dengan hidupku ini.
Entah mengapa aku juga merindukan apartemenku yang dulu.
Apartemen yang sederhana dan kecil,tetapi itu merupakan salah satu tempat kenanganku bersamanya.
Sekarang aku tinggal di asrama bersama dengan Young Bae,Ji Yong dan member Big Bang yang lain.
Semuanya terasa monoton dan terkadang aku bosan dengan kehidupan ini.
-------------------------------------------------
Kulirik jam tanganku dan sekarang sudah pukul empat sore.
Sebaiknya aku bersiap-siap karena sebentar lagi aku harus pergi untuk bertemu Min Young.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat menuju asrama.
Memilih baju yang terbaik,mandi,dan mempersiapkan segalanya.
Aku tidak ingin hari ini disia-siakan begitu saja karena aku tahu kesempatan seperti ini adalah kesempatan langka.
Semua sudah siap dan aku hendak berjalan keluar asrama.
Namun tiba-tiba Hyo Jin memanggilku sambil agak berteriak.
“Seung Hyun~a...ada masalah!” jelasnya sambil terengah-engah.
Aku menengok.
Terlihat sekali bahwa wajahnya pucat.
“Kaset rekaman tadi pagi tiba-tiba hilang...dan kalian harus masuk ruang rekaman sekarang juga untuk merekam ulang semuanya.”
Begitu mendengar kalimat itu rasa kaget dan kecewa seolah-olah menyambar diriku.
“Hajiman...” aku mencoba menolak perintahnya itu.
Aku tidak mau mengecewakan Min Young yang telah lama menungguku.
“Andwe...pokoknya kau harus rekaman sekarang karena yang lain sudah menunggu,” paksanya sambil menarik salah satu tanganku.
Akhir dengan berat hati kubuka handphone flip ku dan segera memberitahu Min Young bahwa aku membatalkan acara itu.
Rasanya berat.
Aku tidak ingin melihat dirinya kecewa,namun apa boleh buat aku harus memilih antara orang yang kusayangi atau pekerjaanku dan kali ini aku hanya dapat berkata dalam hati.
‘Mianhae,Min Young~a...aku tidak dapat membahagiakanmu..’
End of Seung Hyun POV
---------------------------------------------
Min Young POV
Sekarang diriku sudah berada di kelas 11 dan tidak terasa sebentar lagi ujian kenaikkan kelas menghadangku.
Seperti biasanya aku duduk termenung sendirian sambil membaca buku matematika-ku.
Kubaca dan kuingat kembali rumus-rumus trigonometri yang dulu diajarkan oleh Mr.Lee.
Melihat buku itu dan mengingat nama Mr.Lee,aku menjadi teringat masa-masa dulu.
Masa di mana pertama kali aku bertemu dengan Seung Hyun.
Masa di mana aku masih membenci dan menganggapnya sebagai anak berandalan yang tidak bisa diajar.
Aku tertawa dalam hati jika mengingat semuanya,tetapi entah mengapa aku malah ingin kembali ke masa itu dibandingkan menetap di masa kini yang begitu sepi dan hampa.
Aku sadari bahwa aku rindu akan dirinya yang terkadang membuatku kesal itu.
Kapan aku bisa bertemu dengannya sesering dulu?
Padahal kemarin rasa rinduku dapat terobati,tetapi mengapa ia kembali membatalkan semua itu?
Sampai berapa kali pula aku harus sabar menghadapi pengingkaran janji yang ia buat itu?
End of Min Young POV
-------------------------------------------
Hari-hari berjalan begitu sepi di antara hubungan Seung Hyun dan Min Young.
Kesuksesan Big Bang justru menjadi perantara akan hubungan mereka.
Seung Hyun yang selalu sibuk dengan berbagai jadwal padatnya tidak dapat menyempatkan diri untuk menelepon apalagi bertemu dengan Min Young.
Semuanya menjadi terasa menggantung.
-------------------------------------------
“Min Young~a!” teriak Hee Sung sambil membawa sebuah tabloid.
“Ye,Onnie...ada apa?”
Min Young yang mendengar teriakkan itu segera menghentikan kesibukkannya di depan komputer Hee Sung.
“Igeu...”
Hee Sung menunjukkan sebuah halaman di tabloid yang ia bawa itu.
T.O.P TERNYATA MEMILIKI HUBUNGAN RAHASIA DENGAN MANAGERNYA
Kedua mata Min Young melihat tulisan itu tanpa berkedip.
Hatinya pilu.
Ia merasa ditipu dengan janji yang dulu diucapkan Seung Hyun itu.
Semua kenangan-kenangan bersamanya terbang bagaikan abu yang ditiup angin.
Tanpa sadar air mata Min Young meleleh dan membasahi kedua pipinya.
Hee Sung yang melihat hal itu hanya dapat menepuk-nepuk bahu Min Young dan berusaha menghiburnya.
“Min Young~a,walaupun yang tertulis di sana merupakan berita yang menyedihkan bagimu,tetapi aku yakin bahwa itu semua hanyalah gosip belaka.”
Akan tetapi, ia sudah terlanjur terhipnotis oleh artikel gila itu.
Min Young seolah-olah menutup kedua telinganya dan berlari keluar apartemen.
Min Young POV
Seung Hyun~a....tega sekali kau melakukan ini padaku.
Aku tahu memang belakangan ini kau sibuk dan aku sudah berusaha untuk bersabar.
Aku berusaha untuk tetap memahami akan semua kesibukkanmu itu.
Tetapi mengapa?
Mengapa kau seolah-olah tidak menghargai semuanya?
Apakah ini akhir hubungan kita?
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah artikel gila.
Berita macam apa itu?
Foto-foto itu juga bukan merupakan foto mesraku dengan Hyo Jin!
Itu hanya foto-foto biasa,namun paparazi-paparazi sialan itu malah salah mengartikannya.
Sebenarnya apa tujuan mereka dengan mempublikasikan semua kebohongan ini!
Kurasakan handphone di saku jaketku bergetar.
“Yeoboseyo? Hee Sung?”
“Seung Hyun~a,apa yang ada di berita itu benar?”
“Anio...mereka hanya merekayasa foto itu...aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Hyo Jin!”
“Aku percaya omonganmu itu,tetapi Min Young...”
“Ada apa dengan Min Young...”
“Sudahlah Seung Hyun..lebih baik kau jelaskan semuanya kepada dirinya...”
Hee Sung menutup telepon.
Ia berkata bahwa aku harus menjelaskan semuanya kepada Min Young.
Apa Min Young juga sudah melihat berita itu?
Tetapi walaupun ia sudah melihat,harusnya ia tidak percaya begitu saja terhadap semua skandal ini.
Seharusnya ia percaya kepada diriku.
End of Seung Hyun POV
----------------------------------------------------
Sudah dua kali Min Young mendiamkan handphone di tasnya yang bergetar itu.
Ia tahu siapa yang meneleponnya,namun ia mendiamkannya begitu saja.
Ia butuh waktu untuk sendiri dan merenung.
Merenungkan akan semua yang telah terjadi,semua perubahan yang tak sanggup ia jalani lagi ini.
Hatinya masih sakit untuk memikirkannya.
Walaupun ia tahu bahwa semua yang tertulis di tabloid itu belum tentu benar,namun entah mengapa setelah ia memikirkan tentang hubungan dirinya dan Seung Hyun yang renggang itu,semuanya menjadi masuk akal.
Semuanya memang sudah tidak dapat ia jalani lagi.
Sudah berpuluh-puluh janji yang Seung Hyun batalkan demi pekerjaannya.
Awalnya memang ia bersabar dan memaklumi semua itu,tetapi lama kelamaan ia tidak sanggup untuk menjalani itu semua.
Kesabarannya sudah habis untuk melihat semua hal yang tidak adil itu.
-------------------------------------------------
Cuaca malam itu sangatlah dingin karena mendekati musim salju,namun Min Young tetap bersih kukuh untuk pergi ke apartemen Hee Sung.
Ia butuh teman bicara karena ia tidak ingin menjadi gila jika menyimpan semua masalahnya sendirian.
Min Young melangkah gontai menuju apartemen Hee Sung.
Menaiki setiap anak tangga dengan perasaan dingin.
Akan tetapi,hatinya kembali perih saat melihat pintu kamar yang bertuliskan angka tujuh itu.
Kamar yang merupakan tempat tinggal Seung Hyun dulu.
Memandangnya serasa seperti kembali ke masa lalu yang bahagia,namun sekarang semua itu telah berubah.
Tetapi entah mengapa hati Min Young mendorongnya untuk berjalan mendekati pintu itu.
Menyentuh dinginnya kayu yang terkena hawa malam itu,kemudian menyusuri kenopnya.
Semua itu di luar kontrol otaknya.
Akan tetapi itu semua adalah kemau hatinya yang terakhir.
Ini mungkin terakhir kalinya akan mengenang semuanya.
Tiba-tiba kenop pintu itu diputar dari dalam.
Min Young terlonjak kaget,namun dirinya lebih kaget saat melihat sesosok yang keluar dari pintu itu.
Belum sempat ia mengatakan sepatah kata pun dari mulutnya,tetapi orang itu sudah mendekapnya.
Min Young membiarkan dirinya di dekap erat.
Rasa hangat menyelimuti dirinya.
“Oppa...bogoshiposso..” ucap Min Young pelan.
“Na do...” Seung Hyun balas membisik di telinganya.
Min Young melepaskan pelukkan Seung Hyun.
Ia menatap kedua mata di depannya dengan lekat.
“Oppa...mianhae...aku egois...”
“Sst..” Seung Hyun menempelkan jarinya di bibir Min Young.
“Aku yang seharusnya berkata seperti itu...aku terlalu mementingkan pekerjaan daripada dirimu.”
“Oppa,gwenchanayo..tetapi,sekali lagi mianhae...bisakah kita mengakhiri hubungan kita sampai di sini saja.”
Wajah Seung Hyun langsung mengeras,ia tidak percaya apa yang baru didengarnya itu.
“Mwo?” Seung Hyun memegang kedua lengan Min Young yang berada di hadapannya.
“Ye,Oppa...mianhae....jeongmal mianhaeyo....aku sudah berusaha untuk memahamimu,tetapi aku tidak dapat menahan itu semua lagi.”
Min Young melepaskan kedua tangan Seung Hyun yang berada di lengannya,berbalik,kemudian menuruni anak tangga sambil meneteskan air mata.
--------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Sekarang yang dapat kulihat adalah punggungnya yang lama-kelamaan menghilang dari pandanganku.
Meninggalkan diriku sendiri di tengah dinginnya malam ini.
Aku tahu ini bukan salahnya,tetapi ini memang yang seharusnya kuterima atas apa yang telah kuperbuat selama ini.
Mianhae...Min Young~a...aku terlalu mementingkan pekerjaanku.
Aku selalu membuatmu kecewa terhadap berpuluh-puluh penantian yang sia-sia.
Mianhae...
Min Young,bisakah kau memberikan sebuah kesempatan kedua untuk diriku?
Apakah kau bisa memberikan itu kepadaku?
Aku masih membutuhkanmu...
Kaulah satu-satunya yang dapat mengisi kekosongan di hatiku ini.
End of Seung Hyun POV
---------------------------------------------------
Min Young POV
Seung Hyun~a....mianhae...
Aku memang egois karena tidak bisa memahami itu semua.
Tetapi,aku rasa ini memang jalan yang terbaik.
Aku bukan orang yang pantas di sisinya lagi.
Aku harap Seung Hyun bisa mendapatkan seseorang yang dapat memahami dirinya lebih dariku dan dapat membuatnya tersenyum kembali.
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Bulan lepas bulan Min Young mencoba untuk melupakan semua yang telah ia lalui bersama Seung Hyun,namun sekarang semuanya terasa semakin sulit.
Sekarang kesuksesan Big Bang tidak dapat dibendung lagi.
Hampir setiap hari tabloid-tabloid memuat berita tentang berita.
Wajah-wajah mereka pun semakin sering mucul di acara-acara televisi.
Min Young hanya dapat berpura-pura diam dan berusaha untuk tidak mengenal wajah-wajah mereka lagi.
Hari ini Min Young tidak sengaja melihat kalender yang tertempel di dinding kamarnya.
4 November 2009
Air matanya kembali meleleh.
Ia ingat apa yang terjadi pada tanggal 4 November dua tahun yang lalu.
Sebuah gambaran yang tak akan pernah ia bisa lupakan untuk selama.
Flashback
Seung Hyun dan Min Young berjalan perlahan menuju sebuah komedi putar,semua pengunjung sudah pulang jadi hanya mereka berdualah yang ada di tempat itu.
Namun tiba-tiba seluruh lampu di taman ria itu padam.
Seung Hyun yang kaget menggenggam tangan Min Young lebih kuat.
“Saengil chukahamnida…. saengil chukahamnida…..”
Suara itu terdengar samar-samar di tengah kegelapan malam ini.
Tiba-tiba Min Young menarik tangan Seung Hyun ke bawah dan membisikkan sesuatu.
“Saengil Chukahamnida,Oppa…” bisiknya.
Seung Hyun tersenyum bahagia.
“Ya! Chingu,keluar kalian!” teriak Seung Hyun.
Kemudian lampu komedi putar yang terang itu menyala kembali dan terlihat Ji Yong,Young Bae,Dae Sung,dan Seung Ri keluar dari tempat persembunyian mereka.
Seung Hyun yang sangat senang langsung berlari ke arah mereka dan memeluk mereka.
“Gomapta,chingu ya…” katanya sambil berteriak.
--------------------------------------------
”Min Young,gomapta karena telah membuat hari ini sangat berarti dan sekarang aku mau bertanya sesuatu kepadamu,”kata-kata Seung Hyun mengehentikan langkah Min Young.
“Apa,Oppa?” Min Young penasaran.
“Maukah kau menjadi pacarku?” tanya Seung Hyun.
End of Flashback
Kenangan indah itu kembali mengisi kepala Min Young dan menimbulkan rasa penyesalan di hatinya.
Bagaimana pun walau Seung Hyun sudah berpisah dengan dirinya,tetapi perasaan itu masih saja memenuhi hatinya.
Walaupun ia mencoba untuk memungkiri itu semua,tetapi itu semua malah akan menjadi suatu kesia-siaan belaka.
-------------------------------------------
Malam ini seperti malam-malam biasanya.
Min Young berkutat dengan buku-buku pelajarannya dengan ditemani remangan cahaya lampu meja belajar.
Namun konsentrasi belajarnya tiba-tiba terpecah karena getaran handphone yang diletakkannya di atas kasur.
“Yeoboseyo...”
Min Young mengangkat handphonenya dengan bermalas-malas.
“Min Young~a!”
“Seung Ri?”
Min Young terkaget saat mendengar suara dari sang penelepon barusan.
Sudah lama rasanya ia tidak mendengar suara itu,suara yang akrab di telinganya.
“Min Young~a! Cepat ke rumah sakit?”
“Ye?”
“Seung Hyun Hyung dirawat!”
“Mwo?”
“Sudahlah...jangan banyak tanya lagi...kau bisa pergi sekarang kan? Kurasa ia membutuhkan dirimu.”
Min Young menutup handphone flip-nya.
‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Seung Hyun?’
Hanya pertanyaan itu saja yang dapat muncul di otaknya.
Ia mengigit bibir bawahnya dan menimbang-nimbang semuanya.
Min Young POV
Aish,mengapa ini semua dapat terjadi?
Apa yang harus kulakukan?
Apakah aku harus pergi? Atau aku mau menipu rasa khawatirku berapa lama lagi?
Sudahlah..
Aku memutuskan untuk pergi ke sana.
Aku tidak mau menyimpan kekhawatiran ini hanya di hatiku.
-----------------------------------------------
Aku tidak mempedulikan dinginnya udara malam menjelas musim dingin ini.
Aku terus berlari menuju rumah sakit.
Saat aku tiba di sana Ji Yong,Seung Ri,Young Bae,Dae Sung,dan seorang perempuan sudah berada di lorong depan kamar Seung Hyun.
“Min Young...” Seung Ri memanggilku dan aku pun berjalan mendekat.
“Seung Ri~a,sebenarnya apa yang telah terjadi?” tanyaku penuh penasaran.
“Sebenarnya Hyung tidak parah,tetapi sebaiknya ia dirawat karena dirinya mengalami stres berat.”
Lidahku terasa kelu dan mematung sehingga tidak dapat berkata apa-apa.
“Setiap hari kerjaannya hanya pergi ke club dan minum-minum,” jelas Seung Ri.
Omona! Apa ini semua karena aku?
Aku yang membuatnya begitu?
“Boleh menjenguknya?” tanyaku pelan.
Ji Yong mempersilahkanku untuk masuk dan menutup pintu dari luar.
Kulangkahkan kakiku perlahan agar Seung Hyun tidak terbangun karena kehadiranku ini.
Aku tidak ingin ia sedih kembali jika melihat kehadiranku ini.
Aku berjalan mendekati dirinya terbaring lemah di tempat tidur itu.
Wajahnya pucat dan peluh membasahi dahinya.
Aku melihatnya lebih dekat kemudian menyentuh pipinya yang dingin itu.
“Oppa..mianhae,karena diriku kau menjadi seperti ini,” bisikku pelan sambil mengelap peluh di dahinya itu.
Hatiku kembali merasa bersalah saat melihatnya diam tak bergeming.
Aku tidak sanggup membendung air mataku ini.
Aku mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain,namun sebuah tangan dingin sudah terlebih dahulu menghapus air mataku.
Aku menoleh.
Seung Hyun tersenyum ke arahku.
“Sebenarnya apa yang kau tangisi?” tanyanya ketus.
Aku hanya menggeleng dan menghapus air mataku.
“Gojimal,” ucapnya pelan.
Ia kembali tersenyum ke arahku,tetapi aku hanya menatapnya nanar.
Tak tahu harus membalas perlakuannya dengan sikap apa.
Rasa canggung yang bercampur dengan rasa bersalah memerintahkan kakiku langkah menjauhi tempat tidurnya,tetapi di luar dugaanku ia malah menahan tanganku.
“Min Young~a,kumohon jangan tinggalkan aku lagi.”
Ucapan yang begitu tulus dan tak berdaya itu terlontar dari mulutnya.
Tubuhku terasa membeku dan tidak tahu harus membalas kata-kata itu dengan apa.
Aku hanya diam membiarkan tanganku ditahan olehnya,namun tiba-tiba ia terduduk di atas tempat tidurnya dan menarik tanganku sehingga aku ikut menduduki tempat tidurnya.
“Oppa,geumane,” protesku pelan.
Aku menjadi semakin tidak rela meninggalkan dirinya jika ia bersikap begitu terhadapku.
Akan tetapi bukannya melepaskan diriku,ia malah memeluk pinggangku dari belakang.
Aku kaget dan sempat memberontak,tetapi ia memelukku semakin erat.
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Kupeluk dirinya yang hangat ini.
Merasakan setiap rambutnya yang menyentuh wajahku.
Rasa yang sudah lama tidak kurasakan ini.
Aku rindu akan senyuman dan segala tentangnya.
“Min Young~a,mianhae...”
Hanya kata-kata itulah yang dapat kuucapkan dan tidak akan pernah berhenti kurenungkan.
Aku telah menyia-nyiakan kebaikkan hati dan pengertian darinya.
Aku terus memeluknya seakan-akan aku tidak mau kehilangan dirinya untuk kedua kalinya.
Kurasakan setiap tetes air matanya membasahi lengan bajuku,namun aku hanya dapat memeluknya lebih erat.
Aku tidak ingin menyia-nyiakan kembali orang dipelukkanku ini.
Dirinya terlalu berharga untukku bahkan lebih berharga dibandingkan pekerjaanku.
End of Seung Hyun POV
--------------------------------------------------
Keesokkan harinya...
Seung Hyun mendapati kursi di samping tempat tidurnya telah kosong.
Wajahnya yang tersenyum cerah tadi malam kembali lesu seperti hari-hari sebelumnya.
Dengan semangat yang padam akhirnya Seung Hyun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya itu di atas tempat tidur.
--------------------------------------------------
Min Young berjalan sambil menunduk di taman rumah sakit.
Sekilas matanya memandang lurus ke depan tanpa emosi.
Pandangannya kosong.
Berbagai pemikiran telah membutakan semuanya.
“Min Young-sshi?”
Min Young baru sadar bahwa ada seseorang yang memanggilnya.
“Ye?” Min Young berbalik.
Nyalinya langsung ciut saat mengetahui orang yang memanggil namanya.
“Kang Hyo Jin imnida.”
Wanita yang bernama Hyo Jin itu mengulurkan tangannya ke hadapan Min Young.
Min Young terpaksa mengulurkan tangan dan menjabat tangan Hyo Jin.
“Naneun Kim Min Young imnida..”
“Ye,aku sudah mengenalmu sejak lama,walaupun aku tidak pernah bertemu denganmu,tetapi Seung Hyun sering bercerita tentangmu kepadaku.”
Wajah Min Young langsung pucat saat mendengar ucapan Hyo Jin itu.
“Mian,mungkin karena akulah hubunganmu dengan Seung Hyun menjadi seperti ini,tetapi cobalah untuk memaafkannya,ia masih membutuhkanmu dan aku tahu kau juga masih membutuhkannya kan?”
Pertanyaan itu seolah-olah membongkar semua apa yang telah disembunyikan Min Young,namun ia hanya diam tak bergeming membiarkan pertanyaan itu berlalu begitu saja.
Akan tetapi,Hyo Jin hanya tersenyum saat melihat respon Min Young diam membeku itu.
“Ya sudahlah,pikirkan semuanya baik-baik,pikirkan semua kenangan yang pernah kalian buat dan jangan pernah kau katakan penyesalan jika kau tidak mau mencoba untuk mengampuninya.”
Hyo Jin menepuk bahu Min Young dan meninggalkan dirinya sendiri.
Min Young POV
Aku mencoba mengenang semuanya.
Mengenang kembali saat yang telah aku lalui bersamanya dulu.
Aku ingat saat ia berkelahi dengan Dong Wook Oppa.
Aku ingat saat ia mengampuniku walaupun aku telah berkata mianhae berpuluh-puluh dan telah menyakiti hatinya berulang-ulang kali.
Kenangan yang terakhir itu seolah-olah menyadarkanku dari tidur panjangku.
Menyadarkanku agar penyesalan yang terasa di dalam hatiku sekarang.
Aku sadar bahwa seharusnya aku malu.
Malu karena aku tidak dapat membalas semua pengampunan yang ia berikan kepadaku dulu.
Aku berlari menuju kamar Seung Hyun.
Terus berlari tanpa mempedulikan apa pun.
Aku ingin segera memeluknya dan berkata “mianhae” di telinganya.
‘Mianhae...Oppa....aku menyesal....’
End of Min Young POV
---------------------------------------------------------
Min Young terlambat sampai di kamar inap Seung Hyun.
Tempat tidur yang tadinya ditempati sekarang sudah tertata rapi.
Min Young hanya dapat memandang sebuah ruangan kosong tanpa penghuni,namun ia menyadari bahwa ada sebuah amplop yang tertinggal di atas meja.
Min Young membuka amplop itu dan mendapati sebuah tiket konser di dalamnya.
BIG BANG
BIG SHOW CONCERT 2008
Melihat tulisan itu,tanpa berpikir dua kali,Min Young segera berlari keluar rumah sakit dan pergi menuju konser itu.
---------------------------------------------------
Min Young memasuki gedung konser dengan nafas terengah-engah,yang terdengar olehnya hanyalah gemuruh tepuk tangan V.I.P disusul nada lagu Lies yang sudah hampir berakhir itu.
Ia menengok ke arah panggung.
Ia kaget melihat Seung Hyun sudah berdiri di sana dengan member lainnya.
Yang ia rasakan sekarang hanya lah rasa khawatir sekaligus bahagia.
Entah mengapa ia senang melihat Seung Hyun yang terbaring lemah tadi malam dapat kembali ceria seperti yang ada di atas panggung sana.
“Min Young~a!”
Suara orang yang dikenalnya membuat Min Young berbalik dan tersadar akan lamunannya.
“Onnie!” panggil Min Young sambil tersenyum.
Hee Sung yang memanggil namanya tadi ikut tersenyum rindu.
Mereka berdua berdiri di antara V.I.P lainnya dan menikmati konser pada hari itu.
“Onnie,konser kali ini benar-benar ramai..” seru Min Young yang tiba-tiba membuka topik pembicaraan.
“Ye,mereka memang benar-benar sudah sukses sekarang,” ujar Hee Sung.
Namun,belum lama mereka berbicara sang MC sudah terlebih dahulu membuat mata mereka memandangi panggung.
“Oke,beri tepuk tangan untuk Big Bang!” teriaknya.
“Sekarang mari kita bertanya kepada para member mengenai konser pada malam ini…”
“Malam ini adalah malam yang paling menyenangkan,jika kami mengingat masa-masa kami sebelum debut,semuanya terasa tidak nyata,” aku Ji Yong.
“Oke,jawaban itu sudah mewakilinya,dan untuk TOP,menurutmu apa yang paling penting dalam konser kali ini?” tanya MC lagi.
Seung Hyun hanya diam saja saat disuguhi pertanyaan itu,namun matanya melihat ke sekeliling.
Ia mencari seseorang di bangku penonton.
Kemudian ia menunjuknya.
Mata Min Young membelalak tak percaya.
“Onnie,ottoke? Seung Hyun menunjuk ke arahku? Sebenarnya apa yang hendak ia lakukan?” Min Young bertanya dengan panik ke Hee Sung yang ada di sebelahnya.
Hee Sung hanya tersenyum tak peduli.
“Oke,Nona yang di sebelah sana bisa tolong maju ke depan!”
Kali ini keadaan menjadi semakin parah.
Min Young hanya membeku di tempat dan melirik Hee Sung dengan pandangan penuh harapan.
Namun bukannya membantu,Hee Sung malah mendorong badan Min Young agar menuruti perintah sang MC.
Akhirnya karena teriakkan V.I.P di sekitar,Min Young memberanikan dirinya untuk naik ke atas panggung.
Min Young POV
Kulihat beratus-ratus V.I.P atau mungkin beribu-ribu orang memandang ke arahku di atas panggung ini.
Aku hanya bisa menunduk malu untuk meredam rasa gugupku.
Sebenarnya apa yang hendak dilakukan Seung Hyun?
Apa maksudnya dengan menunjukku tadi?
Tiba-tiba MC mengajukkan pertanyaan lagi.
“Sebenarnya siapakah agasshi ini?”
Aku hanya memandang ke arah Seung Hyun yang berdiri di sampingku.
Ia tersenyum ke arahku sebelum menjawab pertanyaan itu.
“Ia adalah kunci keberhasilanku,” katanya.
Aku terharu mendengar kata-katanya itu.
Namun tiba-tiba saat aku merasa kegugupanku berakhir,Seung Hyun menciumku.
Ia menciumku di depan beribu-ribu V.I.P dan sekarang yang dapat kulakukan hanya lah menutup mata.
Menerima segalanya.
Air mataku kembali mengalir.
Merasakan semuanya tidak pantas untukku.
Aku belum meminta maaf kepadanya.
Seung Hyun melepaskan ciumannya.
Ia memandangku lekat.
“Mianhae...aku tidak akan meninggalkanmu lagi kunciku..karena tanpa dirimu...walaupun sesukses apapun diriku,tetapi aku tidak akan dapat membuka gerbang kebahagiaan.”
Ia membisikkan kalimat indah itu di telingaku dan mengalungiku sebuah kalung kunci.
Kalung yang memang terlihat biasa,tetapi sangat berarti bagiku dan aku berjanji tidak akan pernah melepasnya.
End of Min Young POV
------------------------------------------------------------
hari ini gw mau ngepost lagi..
rencananya sih penen ngepost ntar...tapi mata saia udah keburu ga kuat euy...
jadi gw post skg..
ini buat ulang taunnya TOP alias Choi Seung Hyun...besok tgl 4 Nov...
Oh yah..fic ene tuh special editionnya dari fic chaptered gw yang You're the Key of My Secret...
ya udah baca en komen aja deh...
PS: Judul tidak menentukan senang atau sedihnya suatu cerita loh..
jadi baca aja dulu...baru komen...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Loneliness, Sadness, and Tears
Min Young POV
“Oppa...jangan pergi...aku mohon,” aku kembali memeluknya erat.
“Mianhae...aku benar-benar harus pergi,” katanya lirih.
“Kami punya alasan..” tambah Ji Yong yang berdiri di sebelah Seung Ri.
“Memangnya alasan apa?”
“Ini,” Young Bae memberikan selembar kertas kepada Seung Hyun.
KONTRAK REKAMAN
“Mwo?” tanyanya tidak percaya.
“Jadi...Hyung tidak jadi pergi ke Jepang kan?” tanya Dae Sung ingin memastikan.
Seung Hyun hanya diam saja namun wajahnya mengembangkan senyum seulas.
Tanpa basa-basi lagi langsung kudekap pinggangnya sambil meneteskan air mata bahagia.
Kejadian itu rasanya tak pernah bisa kulupakan dari benakku.
Walaupun kejadian itu sudah berlalu setahun lamanya,tetapi entah mengapa aku selalu menganggapnya baru terjadi kemarin.
Masih dapat kurasakan awal kehilangan itu dan masih dapat pula kurasa akhir yang berujung pada kebahagiaan terindah.
Sekarang walaupun aku bahagia bersama dirinya,tetapi semuanya telah berubah.
Dulu sebelum mereka merasakan awal dari masa debut mereka,kehidupan terasa indah,berwarna,dan berjalan sesuai dengan rencana.
Namun sekarang,hal itu tidak dapat dirasakan.
Kehidupan terasa hampa walaupun dirinya masih menjadi milikku.
End of Min Young POV
--------------------------------------------------------
Drrrt...Drrrt...Drrrt....
Min Young melihat layar handphone-nya yang masih bergetar.
SEUNG HYUN OPPA
Wajahnya langsung tersenyum saat melihat tulisan di layar handphone flip-nya.
“Yeoboseyo?”
“Min Young~a...mianhaeyo...jeongmal mianhae..”
“Oppa? Ada apa? Sekarang Oppa ada di mana?”
“Mmm...Min Young~a,mianhaeyo...ternyata aku tidak bisa datang.”
“Oh,gwenchana,Oppa.”
Min Young langsung menutup handphone flip-nya dengan keras.
Walaupun ia mengucapkan kata-kata itu dengan sedikit senyuman di wajahnya,tetapi sebenarnya hatinya merasa luka dan tertipu.
Waktunya sudah terbuang sia-sia di tengah dinginnya malam ini.
Padahal pagi tadi wajahnya berseri saat Seung Hyun memberitahunya bahwa nanti malam jadwalnya sedang kosong,maka dari itu mereka bisa berjanjian untuk bertemu.
Tetapi,ternyata harapan itu hilang seketika dan itu bukanlah kejadian untuk pertama kalinya bagi Min Young.
----------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.
Lama sekali aku tidak melihat senyuman dan keceriaannya yang membuat rasa lelahku hilang seketika itu.
Aku rindu padanya,tetapi untungnya hari ini rasa rinduku itu dapat segera terobati karena Hyo Jin berkata bahwa jadwal malam ini kosong jadi aku dapat keluar sebentar untuk menghabiskan waktu bersamanya.
Sekarang sudah jarang sekali aku dapat bertemunya,padahal dulu hampir setiap hari aku dapat belajar dan menghabiskan waktu bersamanya.
Memang sekarang aku sudah berhasil mencapai cita-citaku,tetapi tanpa dirinya aku merasa selalu ada yang kurang dengan hidupku ini.
Entah mengapa aku juga merindukan apartemenku yang dulu.
Apartemen yang sederhana dan kecil,tetapi itu merupakan salah satu tempat kenanganku bersamanya.
Sekarang aku tinggal di asrama bersama dengan Young Bae,Ji Yong dan member Big Bang yang lain.
Semuanya terasa monoton dan terkadang aku bosan dengan kehidupan ini.
-------------------------------------------------
Kulirik jam tanganku dan sekarang sudah pukul empat sore.
Sebaiknya aku bersiap-siap karena sebentar lagi aku harus pergi untuk bertemu Min Young.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat menuju asrama.
Memilih baju yang terbaik,mandi,dan mempersiapkan segalanya.
Aku tidak ingin hari ini disia-siakan begitu saja karena aku tahu kesempatan seperti ini adalah kesempatan langka.
Semua sudah siap dan aku hendak berjalan keluar asrama.
Namun tiba-tiba Hyo Jin memanggilku sambil agak berteriak.
“Seung Hyun~a...ada masalah!” jelasnya sambil terengah-engah.
Aku menengok.
Terlihat sekali bahwa wajahnya pucat.
“Kaset rekaman tadi pagi tiba-tiba hilang...dan kalian harus masuk ruang rekaman sekarang juga untuk merekam ulang semuanya.”
Begitu mendengar kalimat itu rasa kaget dan kecewa seolah-olah menyambar diriku.
“Hajiman...” aku mencoba menolak perintahnya itu.
Aku tidak mau mengecewakan Min Young yang telah lama menungguku.
“Andwe...pokoknya kau harus rekaman sekarang karena yang lain sudah menunggu,” paksanya sambil menarik salah satu tanganku.
Akhir dengan berat hati kubuka handphone flip ku dan segera memberitahu Min Young bahwa aku membatalkan acara itu.
Rasanya berat.
Aku tidak ingin melihat dirinya kecewa,namun apa boleh buat aku harus memilih antara orang yang kusayangi atau pekerjaanku dan kali ini aku hanya dapat berkata dalam hati.
‘Mianhae,Min Young~a...aku tidak dapat membahagiakanmu..’
End of Seung Hyun POV
---------------------------------------------
Min Young POV
Sekarang diriku sudah berada di kelas 11 dan tidak terasa sebentar lagi ujian kenaikkan kelas menghadangku.
Seperti biasanya aku duduk termenung sendirian sambil membaca buku matematika-ku.
Kubaca dan kuingat kembali rumus-rumus trigonometri yang dulu diajarkan oleh Mr.Lee.
Melihat buku itu dan mengingat nama Mr.Lee,aku menjadi teringat masa-masa dulu.
Masa di mana pertama kali aku bertemu dengan Seung Hyun.
Masa di mana aku masih membenci dan menganggapnya sebagai anak berandalan yang tidak bisa diajar.
Aku tertawa dalam hati jika mengingat semuanya,tetapi entah mengapa aku malah ingin kembali ke masa itu dibandingkan menetap di masa kini yang begitu sepi dan hampa.
Aku sadari bahwa aku rindu akan dirinya yang terkadang membuatku kesal itu.
Kapan aku bisa bertemu dengannya sesering dulu?
Padahal kemarin rasa rinduku dapat terobati,tetapi mengapa ia kembali membatalkan semua itu?
Sampai berapa kali pula aku harus sabar menghadapi pengingkaran janji yang ia buat itu?
End of Min Young POV
-------------------------------------------
Hari-hari berjalan begitu sepi di antara hubungan Seung Hyun dan Min Young.
Kesuksesan Big Bang justru menjadi perantara akan hubungan mereka.
Seung Hyun yang selalu sibuk dengan berbagai jadwal padatnya tidak dapat menyempatkan diri untuk menelepon apalagi bertemu dengan Min Young.
Semuanya menjadi terasa menggantung.
-------------------------------------------
“Min Young~a!” teriak Hee Sung sambil membawa sebuah tabloid.
“Ye,Onnie...ada apa?”
Min Young yang mendengar teriakkan itu segera menghentikan kesibukkannya di depan komputer Hee Sung.
“Igeu...”
Hee Sung menunjukkan sebuah halaman di tabloid yang ia bawa itu.
T.O.P TERNYATA MEMILIKI HUBUNGAN RAHASIA DENGAN MANAGERNYA
Kedua mata Min Young melihat tulisan itu tanpa berkedip.
Hatinya pilu.
Ia merasa ditipu dengan janji yang dulu diucapkan Seung Hyun itu.
Semua kenangan-kenangan bersamanya terbang bagaikan abu yang ditiup angin.
Tanpa sadar air mata Min Young meleleh dan membasahi kedua pipinya.
Hee Sung yang melihat hal itu hanya dapat menepuk-nepuk bahu Min Young dan berusaha menghiburnya.
“Min Young~a,walaupun yang tertulis di sana merupakan berita yang menyedihkan bagimu,tetapi aku yakin bahwa itu semua hanyalah gosip belaka.”
Akan tetapi, ia sudah terlanjur terhipnotis oleh artikel gila itu.
Min Young seolah-olah menutup kedua telinganya dan berlari keluar apartemen.
Min Young POV
Seung Hyun~a....tega sekali kau melakukan ini padaku.
Aku tahu memang belakangan ini kau sibuk dan aku sudah berusaha untuk bersabar.
Aku berusaha untuk tetap memahami akan semua kesibukkanmu itu.
Tetapi mengapa?
Mengapa kau seolah-olah tidak menghargai semuanya?
Apakah ini akhir hubungan kita?
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah artikel gila.
Berita macam apa itu?
Foto-foto itu juga bukan merupakan foto mesraku dengan Hyo Jin!
Itu hanya foto-foto biasa,namun paparazi-paparazi sialan itu malah salah mengartikannya.
Sebenarnya apa tujuan mereka dengan mempublikasikan semua kebohongan ini!
Kurasakan handphone di saku jaketku bergetar.
“Yeoboseyo? Hee Sung?”
“Seung Hyun~a,apa yang ada di berita itu benar?”
“Anio...mereka hanya merekayasa foto itu...aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Hyo Jin!”
“Aku percaya omonganmu itu,tetapi Min Young...”
“Ada apa dengan Min Young...”
“Sudahlah Seung Hyun..lebih baik kau jelaskan semuanya kepada dirinya...”
Hee Sung menutup telepon.
Ia berkata bahwa aku harus menjelaskan semuanya kepada Min Young.
Apa Min Young juga sudah melihat berita itu?
Tetapi walaupun ia sudah melihat,harusnya ia tidak percaya begitu saja terhadap semua skandal ini.
Seharusnya ia percaya kepada diriku.
End of Seung Hyun POV
----------------------------------------------------
Sudah dua kali Min Young mendiamkan handphone di tasnya yang bergetar itu.
Ia tahu siapa yang meneleponnya,namun ia mendiamkannya begitu saja.
Ia butuh waktu untuk sendiri dan merenung.
Merenungkan akan semua yang telah terjadi,semua perubahan yang tak sanggup ia jalani lagi ini.
Hatinya masih sakit untuk memikirkannya.
Walaupun ia tahu bahwa semua yang tertulis di tabloid itu belum tentu benar,namun entah mengapa setelah ia memikirkan tentang hubungan dirinya dan Seung Hyun yang renggang itu,semuanya menjadi masuk akal.
Semuanya memang sudah tidak dapat ia jalani lagi.
Sudah berpuluh-puluh janji yang Seung Hyun batalkan demi pekerjaannya.
Awalnya memang ia bersabar dan memaklumi semua itu,tetapi lama kelamaan ia tidak sanggup untuk menjalani itu semua.
Kesabarannya sudah habis untuk melihat semua hal yang tidak adil itu.
-------------------------------------------------
Cuaca malam itu sangatlah dingin karena mendekati musim salju,namun Min Young tetap bersih kukuh untuk pergi ke apartemen Hee Sung.
Ia butuh teman bicara karena ia tidak ingin menjadi gila jika menyimpan semua masalahnya sendirian.
Min Young melangkah gontai menuju apartemen Hee Sung.
Menaiki setiap anak tangga dengan perasaan dingin.
Akan tetapi,hatinya kembali perih saat melihat pintu kamar yang bertuliskan angka tujuh itu.
Kamar yang merupakan tempat tinggal Seung Hyun dulu.
Memandangnya serasa seperti kembali ke masa lalu yang bahagia,namun sekarang semua itu telah berubah.
Tetapi entah mengapa hati Min Young mendorongnya untuk berjalan mendekati pintu itu.
Menyentuh dinginnya kayu yang terkena hawa malam itu,kemudian menyusuri kenopnya.
Semua itu di luar kontrol otaknya.
Akan tetapi itu semua adalah kemau hatinya yang terakhir.
Ini mungkin terakhir kalinya akan mengenang semuanya.
Tiba-tiba kenop pintu itu diputar dari dalam.
Min Young terlonjak kaget,namun dirinya lebih kaget saat melihat sesosok yang keluar dari pintu itu.
Belum sempat ia mengatakan sepatah kata pun dari mulutnya,tetapi orang itu sudah mendekapnya.
Min Young membiarkan dirinya di dekap erat.
Rasa hangat menyelimuti dirinya.
“Oppa...bogoshiposso..” ucap Min Young pelan.
“Na do...” Seung Hyun balas membisik di telinganya.
Min Young melepaskan pelukkan Seung Hyun.
Ia menatap kedua mata di depannya dengan lekat.
“Oppa...mianhae...aku egois...”
“Sst..” Seung Hyun menempelkan jarinya di bibir Min Young.
“Aku yang seharusnya berkata seperti itu...aku terlalu mementingkan pekerjaan daripada dirimu.”
“Oppa,gwenchanayo..tetapi,sekali lagi mianhae...bisakah kita mengakhiri hubungan kita sampai di sini saja.”
Wajah Seung Hyun langsung mengeras,ia tidak percaya apa yang baru didengarnya itu.
“Mwo?” Seung Hyun memegang kedua lengan Min Young yang berada di hadapannya.
“Ye,Oppa...mianhae....jeongmal mianhaeyo....aku sudah berusaha untuk memahamimu,tetapi aku tidak dapat menahan itu semua lagi.”
Min Young melepaskan kedua tangan Seung Hyun yang berada di lengannya,berbalik,kemudian menuruni anak tangga sambil meneteskan air mata.
--------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Sekarang yang dapat kulihat adalah punggungnya yang lama-kelamaan menghilang dari pandanganku.
Meninggalkan diriku sendiri di tengah dinginnya malam ini.
Aku tahu ini bukan salahnya,tetapi ini memang yang seharusnya kuterima atas apa yang telah kuperbuat selama ini.
Mianhae...Min Young~a...aku terlalu mementingkan pekerjaanku.
Aku selalu membuatmu kecewa terhadap berpuluh-puluh penantian yang sia-sia.
Mianhae...
Min Young,bisakah kau memberikan sebuah kesempatan kedua untuk diriku?
Apakah kau bisa memberikan itu kepadaku?
Aku masih membutuhkanmu...
Kaulah satu-satunya yang dapat mengisi kekosongan di hatiku ini.
End of Seung Hyun POV
---------------------------------------------------
Min Young POV
Seung Hyun~a....mianhae...
Aku memang egois karena tidak bisa memahami itu semua.
Tetapi,aku rasa ini memang jalan yang terbaik.
Aku bukan orang yang pantas di sisinya lagi.
Aku harap Seung Hyun bisa mendapatkan seseorang yang dapat memahami dirinya lebih dariku dan dapat membuatnya tersenyum kembali.
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Bulan lepas bulan Min Young mencoba untuk melupakan semua yang telah ia lalui bersama Seung Hyun,namun sekarang semuanya terasa semakin sulit.
Sekarang kesuksesan Big Bang tidak dapat dibendung lagi.
Hampir setiap hari tabloid-tabloid memuat berita tentang berita.
Wajah-wajah mereka pun semakin sering mucul di acara-acara televisi.
Min Young hanya dapat berpura-pura diam dan berusaha untuk tidak mengenal wajah-wajah mereka lagi.
Hari ini Min Young tidak sengaja melihat kalender yang tertempel di dinding kamarnya.
4 November 2009
Air matanya kembali meleleh.
Ia ingat apa yang terjadi pada tanggal 4 November dua tahun yang lalu.
Sebuah gambaran yang tak akan pernah ia bisa lupakan untuk selama.
Flashback
Seung Hyun dan Min Young berjalan perlahan menuju sebuah komedi putar,semua pengunjung sudah pulang jadi hanya mereka berdualah yang ada di tempat itu.
Namun tiba-tiba seluruh lampu di taman ria itu padam.
Seung Hyun yang kaget menggenggam tangan Min Young lebih kuat.
“Saengil chukahamnida…. saengil chukahamnida…..”
Suara itu terdengar samar-samar di tengah kegelapan malam ini.
Tiba-tiba Min Young menarik tangan Seung Hyun ke bawah dan membisikkan sesuatu.
“Saengil Chukahamnida,Oppa…” bisiknya.
Seung Hyun tersenyum bahagia.
“Ya! Chingu,keluar kalian!” teriak Seung Hyun.
Kemudian lampu komedi putar yang terang itu menyala kembali dan terlihat Ji Yong,Young Bae,Dae Sung,dan Seung Ri keluar dari tempat persembunyian mereka.
Seung Hyun yang sangat senang langsung berlari ke arah mereka dan memeluk mereka.
“Gomapta,chingu ya…” katanya sambil berteriak.
--------------------------------------------
”Min Young,gomapta karena telah membuat hari ini sangat berarti dan sekarang aku mau bertanya sesuatu kepadamu,”kata-kata Seung Hyun mengehentikan langkah Min Young.
“Apa,Oppa?” Min Young penasaran.
“Maukah kau menjadi pacarku?” tanya Seung Hyun.
End of Flashback
Kenangan indah itu kembali mengisi kepala Min Young dan menimbulkan rasa penyesalan di hatinya.
Bagaimana pun walau Seung Hyun sudah berpisah dengan dirinya,tetapi perasaan itu masih saja memenuhi hatinya.
Walaupun ia mencoba untuk memungkiri itu semua,tetapi itu semua malah akan menjadi suatu kesia-siaan belaka.
-------------------------------------------
Malam ini seperti malam-malam biasanya.
Min Young berkutat dengan buku-buku pelajarannya dengan ditemani remangan cahaya lampu meja belajar.
Namun konsentrasi belajarnya tiba-tiba terpecah karena getaran handphone yang diletakkannya di atas kasur.
“Yeoboseyo...”
Min Young mengangkat handphonenya dengan bermalas-malas.
“Min Young~a!”
“Seung Ri?”
Min Young terkaget saat mendengar suara dari sang penelepon barusan.
Sudah lama rasanya ia tidak mendengar suara itu,suara yang akrab di telinganya.
“Min Young~a! Cepat ke rumah sakit?”
“Ye?”
“Seung Hyun Hyung dirawat!”
“Mwo?”
“Sudahlah...jangan banyak tanya lagi...kau bisa pergi sekarang kan? Kurasa ia membutuhkan dirimu.”
Min Young menutup handphone flip-nya.
‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Seung Hyun?’
Hanya pertanyaan itu saja yang dapat muncul di otaknya.
Ia mengigit bibir bawahnya dan menimbang-nimbang semuanya.
Min Young POV
Aish,mengapa ini semua dapat terjadi?
Apa yang harus kulakukan?
Apakah aku harus pergi? Atau aku mau menipu rasa khawatirku berapa lama lagi?
Sudahlah..
Aku memutuskan untuk pergi ke sana.
Aku tidak mau menyimpan kekhawatiran ini hanya di hatiku.
-----------------------------------------------
Aku tidak mempedulikan dinginnya udara malam menjelas musim dingin ini.
Aku terus berlari menuju rumah sakit.
Saat aku tiba di sana Ji Yong,Seung Ri,Young Bae,Dae Sung,dan seorang perempuan sudah berada di lorong depan kamar Seung Hyun.
“Min Young...” Seung Ri memanggilku dan aku pun berjalan mendekat.
“Seung Ri~a,sebenarnya apa yang telah terjadi?” tanyaku penuh penasaran.
“Sebenarnya Hyung tidak parah,tetapi sebaiknya ia dirawat karena dirinya mengalami stres berat.”
Lidahku terasa kelu dan mematung sehingga tidak dapat berkata apa-apa.
“Setiap hari kerjaannya hanya pergi ke club dan minum-minum,” jelas Seung Ri.
Omona! Apa ini semua karena aku?
Aku yang membuatnya begitu?
“Boleh menjenguknya?” tanyaku pelan.
Ji Yong mempersilahkanku untuk masuk dan menutup pintu dari luar.
Kulangkahkan kakiku perlahan agar Seung Hyun tidak terbangun karena kehadiranku ini.
Aku tidak ingin ia sedih kembali jika melihat kehadiranku ini.
Aku berjalan mendekati dirinya terbaring lemah di tempat tidur itu.
Wajahnya pucat dan peluh membasahi dahinya.
Aku melihatnya lebih dekat kemudian menyentuh pipinya yang dingin itu.
“Oppa..mianhae,karena diriku kau menjadi seperti ini,” bisikku pelan sambil mengelap peluh di dahinya itu.
Hatiku kembali merasa bersalah saat melihatnya diam tak bergeming.
Aku tidak sanggup membendung air mataku ini.
Aku mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain,namun sebuah tangan dingin sudah terlebih dahulu menghapus air mataku.
Aku menoleh.
Seung Hyun tersenyum ke arahku.
“Sebenarnya apa yang kau tangisi?” tanyanya ketus.
Aku hanya menggeleng dan menghapus air mataku.
“Gojimal,” ucapnya pelan.
Ia kembali tersenyum ke arahku,tetapi aku hanya menatapnya nanar.
Tak tahu harus membalas perlakuannya dengan sikap apa.
Rasa canggung yang bercampur dengan rasa bersalah memerintahkan kakiku langkah menjauhi tempat tidurnya,tetapi di luar dugaanku ia malah menahan tanganku.
“Min Young~a,kumohon jangan tinggalkan aku lagi.”
Ucapan yang begitu tulus dan tak berdaya itu terlontar dari mulutnya.
Tubuhku terasa membeku dan tidak tahu harus membalas kata-kata itu dengan apa.
Aku hanya diam membiarkan tanganku ditahan olehnya,namun tiba-tiba ia terduduk di atas tempat tidurnya dan menarik tanganku sehingga aku ikut menduduki tempat tidurnya.
“Oppa,geumane,” protesku pelan.
Aku menjadi semakin tidak rela meninggalkan dirinya jika ia bersikap begitu terhadapku.
Akan tetapi bukannya melepaskan diriku,ia malah memeluk pinggangku dari belakang.
Aku kaget dan sempat memberontak,tetapi ia memelukku semakin erat.
End of Min Young POV
---------------------------------------------------
Seung Hyun POV
Kupeluk dirinya yang hangat ini.
Merasakan setiap rambutnya yang menyentuh wajahku.
Rasa yang sudah lama tidak kurasakan ini.
Aku rindu akan senyuman dan segala tentangnya.
“Min Young~a,mianhae...”
Hanya kata-kata itulah yang dapat kuucapkan dan tidak akan pernah berhenti kurenungkan.
Aku telah menyia-nyiakan kebaikkan hati dan pengertian darinya.
Aku terus memeluknya seakan-akan aku tidak mau kehilangan dirinya untuk kedua kalinya.
Kurasakan setiap tetes air matanya membasahi lengan bajuku,namun aku hanya dapat memeluknya lebih erat.
Aku tidak ingin menyia-nyiakan kembali orang dipelukkanku ini.
Dirinya terlalu berharga untukku bahkan lebih berharga dibandingkan pekerjaanku.
End of Seung Hyun POV
--------------------------------------------------
Keesokkan harinya...
Seung Hyun mendapati kursi di samping tempat tidurnya telah kosong.
Wajahnya yang tersenyum cerah tadi malam kembali lesu seperti hari-hari sebelumnya.
Dengan semangat yang padam akhirnya Seung Hyun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya itu di atas tempat tidur.
--------------------------------------------------
Min Young berjalan sambil menunduk di taman rumah sakit.
Sekilas matanya memandang lurus ke depan tanpa emosi.
Pandangannya kosong.
Berbagai pemikiran telah membutakan semuanya.
“Min Young-sshi?”
Min Young baru sadar bahwa ada seseorang yang memanggilnya.
“Ye?” Min Young berbalik.
Nyalinya langsung ciut saat mengetahui orang yang memanggil namanya.
“Kang Hyo Jin imnida.”
Wanita yang bernama Hyo Jin itu mengulurkan tangannya ke hadapan Min Young.
Min Young terpaksa mengulurkan tangan dan menjabat tangan Hyo Jin.
“Naneun Kim Min Young imnida..”
“Ye,aku sudah mengenalmu sejak lama,walaupun aku tidak pernah bertemu denganmu,tetapi Seung Hyun sering bercerita tentangmu kepadaku.”
Wajah Min Young langsung pucat saat mendengar ucapan Hyo Jin itu.
“Mian,mungkin karena akulah hubunganmu dengan Seung Hyun menjadi seperti ini,tetapi cobalah untuk memaafkannya,ia masih membutuhkanmu dan aku tahu kau juga masih membutuhkannya kan?”
Pertanyaan itu seolah-olah membongkar semua apa yang telah disembunyikan Min Young,namun ia hanya diam tak bergeming membiarkan pertanyaan itu berlalu begitu saja.
Akan tetapi,Hyo Jin hanya tersenyum saat melihat respon Min Young diam membeku itu.
“Ya sudahlah,pikirkan semuanya baik-baik,pikirkan semua kenangan yang pernah kalian buat dan jangan pernah kau katakan penyesalan jika kau tidak mau mencoba untuk mengampuninya.”
Hyo Jin menepuk bahu Min Young dan meninggalkan dirinya sendiri.
Min Young POV
Aku mencoba mengenang semuanya.
Mengenang kembali saat yang telah aku lalui bersamanya dulu.
Aku ingat saat ia berkelahi dengan Dong Wook Oppa.
Aku ingat saat ia mengampuniku walaupun aku telah berkata mianhae berpuluh-puluh dan telah menyakiti hatinya berulang-ulang kali.
Kenangan yang terakhir itu seolah-olah menyadarkanku dari tidur panjangku.
Menyadarkanku agar penyesalan yang terasa di dalam hatiku sekarang.
Aku sadar bahwa seharusnya aku malu.
Malu karena aku tidak dapat membalas semua pengampunan yang ia berikan kepadaku dulu.
Aku berlari menuju kamar Seung Hyun.
Terus berlari tanpa mempedulikan apa pun.
Aku ingin segera memeluknya dan berkata “mianhae” di telinganya.
‘Mianhae...Oppa....aku menyesal....’
End of Min Young POV
---------------------------------------------------------
Min Young terlambat sampai di kamar inap Seung Hyun.
Tempat tidur yang tadinya ditempati sekarang sudah tertata rapi.
Min Young hanya dapat memandang sebuah ruangan kosong tanpa penghuni,namun ia menyadari bahwa ada sebuah amplop yang tertinggal di atas meja.
Min Young membuka amplop itu dan mendapati sebuah tiket konser di dalamnya.
BIG BANG
BIG SHOW CONCERT 2008
Melihat tulisan itu,tanpa berpikir dua kali,Min Young segera berlari keluar rumah sakit dan pergi menuju konser itu.
---------------------------------------------------
Min Young memasuki gedung konser dengan nafas terengah-engah,yang terdengar olehnya hanyalah gemuruh tepuk tangan V.I.P disusul nada lagu Lies yang sudah hampir berakhir itu.
Ia menengok ke arah panggung.
Ia kaget melihat Seung Hyun sudah berdiri di sana dengan member lainnya.
Yang ia rasakan sekarang hanya lah rasa khawatir sekaligus bahagia.
Entah mengapa ia senang melihat Seung Hyun yang terbaring lemah tadi malam dapat kembali ceria seperti yang ada di atas panggung sana.
“Min Young~a!”
Suara orang yang dikenalnya membuat Min Young berbalik dan tersadar akan lamunannya.
“Onnie!” panggil Min Young sambil tersenyum.
Hee Sung yang memanggil namanya tadi ikut tersenyum rindu.
Mereka berdua berdiri di antara V.I.P lainnya dan menikmati konser pada hari itu.
“Onnie,konser kali ini benar-benar ramai..” seru Min Young yang tiba-tiba membuka topik pembicaraan.
“Ye,mereka memang benar-benar sudah sukses sekarang,” ujar Hee Sung.
Namun,belum lama mereka berbicara sang MC sudah terlebih dahulu membuat mata mereka memandangi panggung.
“Oke,beri tepuk tangan untuk Big Bang!” teriaknya.
“Sekarang mari kita bertanya kepada para member mengenai konser pada malam ini…”
“Malam ini adalah malam yang paling menyenangkan,jika kami mengingat masa-masa kami sebelum debut,semuanya terasa tidak nyata,” aku Ji Yong.
“Oke,jawaban itu sudah mewakilinya,dan untuk TOP,menurutmu apa yang paling penting dalam konser kali ini?” tanya MC lagi.
Seung Hyun hanya diam saja saat disuguhi pertanyaan itu,namun matanya melihat ke sekeliling.
Ia mencari seseorang di bangku penonton.
Kemudian ia menunjuknya.
Mata Min Young membelalak tak percaya.
“Onnie,ottoke? Seung Hyun menunjuk ke arahku? Sebenarnya apa yang hendak ia lakukan?” Min Young bertanya dengan panik ke Hee Sung yang ada di sebelahnya.
Hee Sung hanya tersenyum tak peduli.
“Oke,Nona yang di sebelah sana bisa tolong maju ke depan!”
Kali ini keadaan menjadi semakin parah.
Min Young hanya membeku di tempat dan melirik Hee Sung dengan pandangan penuh harapan.
Namun bukannya membantu,Hee Sung malah mendorong badan Min Young agar menuruti perintah sang MC.
Akhirnya karena teriakkan V.I.P di sekitar,Min Young memberanikan dirinya untuk naik ke atas panggung.
Min Young POV
Kulihat beratus-ratus V.I.P atau mungkin beribu-ribu orang memandang ke arahku di atas panggung ini.
Aku hanya bisa menunduk malu untuk meredam rasa gugupku.
Sebenarnya apa yang hendak dilakukan Seung Hyun?
Apa maksudnya dengan menunjukku tadi?
Tiba-tiba MC mengajukkan pertanyaan lagi.
“Sebenarnya siapakah agasshi ini?”
Aku hanya memandang ke arah Seung Hyun yang berdiri di sampingku.
Ia tersenyum ke arahku sebelum menjawab pertanyaan itu.
“Ia adalah kunci keberhasilanku,” katanya.
Aku terharu mendengar kata-katanya itu.
Namun tiba-tiba saat aku merasa kegugupanku berakhir,Seung Hyun menciumku.
Ia menciumku di depan beribu-ribu V.I.P dan sekarang yang dapat kulakukan hanya lah menutup mata.
Menerima segalanya.
Air mataku kembali mengalir.
Merasakan semuanya tidak pantas untukku.
Aku belum meminta maaf kepadanya.
Seung Hyun melepaskan ciumannya.
Ia memandangku lekat.
“Mianhae...aku tidak akan meninggalkanmu lagi kunciku..karena tanpa dirimu...walaupun sesukses apapun diriku,tetapi aku tidak akan dapat membuka gerbang kebahagiaan.”
Ia membisikkan kalimat indah itu di telingaku dan mengalungiku sebuah kalung kunci.
Kalung yang memang terlihat biasa,tetapi sangat berarti bagiku dan aku berjanji tidak akan pernah melepasnya.
End of Min Young POV
------------------------------------------------------------
Label: Chaptered Fan Fic (You're the Key of My Secret), Special Gift
Senin, 02 November 2009

Annyeong yorobun...
Deuh,,,gw lagi seneng banget deh sekarang haha...
Gw mau say SAENGIL CUKAHAMNIDA dulu buat Oppa kesayangan gw yang satu ini haha..
Si Young Saeng Oppa dari SS501 haha...*ga ga tau mukanya kayak gimana tuh...fotonya dah gw post gede'' di awal haha*...
Oppa yang ultahnya sama tanggalnya ma ultah gw..*gw nagih kado*
Gw ngepostnya berdasarkan waktu di KorSel sono ye...
Soal pertamanya gw pengen post jam 12 malem ntar,tapi takut dimarahin mama haha...jadi gw majuin deh acara post mengepostnya haha...
Ya udah deh...daripada dilempar ember gara'' kebanyakan bacot hehe..mending baca aja fic yang satu ini...khusus gw buat Young Saeng Oppa haha...
Komennya juga jangan lupa ye ceu..
Cekidot deh..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nameless Memory
3 Oktober 2009
Hawa dingin menusuk kulitku.
Air hujan membasahi kepalaku.
Udara menderu seakan-akan mengangkatku terbang.
Aku dapat merasakan dan mendengar itu semua,namun kubiarkan itu semua terjadi.
Aku berdiri di tengah derasnya hujan dan itu sudah kesekian kalinya kulakukan.
Aku bersyurukur masih dapat merasakan itu semua.
Bagaimana jika suatu hari nanti Tuhan tidak lagi mengijinkanku untuk berdiri dan merasakan ini semua?
Kapankah hari itu? Apakah besok? Lusa? Bulan depan?
Aku pun tidak tahu.
---------------------------------------------
10 Oktober 2009
“Naneun Heo Young Saeng imnida...” seseorang memperkenalkan diri di depan keluargaku dengan gaya cueknya.
Hari ini keluargaku kedatangan tamu tidak dikenal.
“Ada apa ya?” tanya Appaku bingung.
“Saya datang dari Seoul,saya tersesat dan handphone saya kehabisan baterai,” jawabnya sambil melihat ke arahku.
Aku balas menatapnya lekat,memperhatikannya dari ujung kepala sampai kaki.
Penampilannya sangat modern,tetapi sebenarnya siapakah orang ini?
Apakah dia seorang yang terkenal di Seoul sana?
“Kau mau meminjam telepon?” tawar Ommaku di samping.
“Ne...” tanpa permisi atau kata maaf ia menabrak bahu kananku dan masuk ke dalam rumah.
‘Siapa dia? Apa maunya? Benar-benar tidak tahu sopan santun..’
Kami semua menunggunya menelepon seseorang namun setelah tersambung,yang kudengar justru kata-kata makian.
“Ya! Mwo? Kau tidak bisa datang sekarang ke sini?!” teriaknya marah.
Sebenarnya siapa yang ia telepon?
Kedengarannya ia orang kaya karena mana mungkin ia bisa menyuruh-nyuruh orang seperti itu jika tidak kaya.
“Ahjussi,bisa kau menyewakan kamar untukku selama beberapa hari? Karena kendaraanku baru akan bisa menjemput beberapa hari lagi dan aku butuh tempat tinggal,” tanyanya.
Mataku sudah melotot khawatir saat Appa menganggukkan kepala ke arah Omma setelah berdiskusi sebentar.
“Geurae,kau boleh menginap di sini,tetapi kami tidak menerima uang sewa...anggap saja sebagai bantuan dari kami secara tulus,” kata Appa.
Ommo! Appa sudah gila! Bagaimana bisa Appa membiarkan orang asing seperti dia untuk menginap di rumah ini?
Lagipula di mana ia akan tinggal?
Rumahku saja sudah sempit jika ditempat tiga orang,apalagi ditambah dengannya,bisa-bisa aku disuruh tidur di ruang tamu.
“Andwe,Appa..” bisikku sebelum Appa beranjak pergi.
Aku berharap Appa mengubah keputusannya,namun bukannya menanggapiku dengan kata-kata,Appa malah tersenyum ke arahku.
Aku menarik lengan bajunya sambil memasang tampang memelas.
“Min Young,sudahlah...sekali-kali kita harus menolong orang lain..”
Appa tidak memarahiku,tetapi malah menolak permintaanku dengan halus dan karena itu lah akhirnya aku terpaksa menurut.
-------------------------------------------------
“Ya!” teriak seseorang di belakangku.
Aku menoleh dan melihatnya dengan muka bingung.
“Iya,kau!” bentaknya.
“Namaku Shin Min Young,Oppa...jadi kau tidak perlu memanggilku dengan kata ‘Ya’,arasseo?”
Akhirnya aku berani juga melawannya.
Hatiku puas namun,sekilas aku melihat wajahnya berubah menjadi kaget.
Kira-kira ada apa dengan namaku? Mengapa wajahnya begitu kaget begitu mengetahuinya?
“Arasseo,Min Young~a...aku tidur di mana sekarang?” sekarang ia bertanya dengan nada yang lebih lembut kepadaku.
Aku menjadi bertambah bingung.
“Oppa tidur di sofa saja karena di sini hanya ada dua kamar dan kamar itu sudah menjadi milikku,” kataku ketus sambil menunjuk ke arah kamarku.
“Umm...tega sekali kau...malam ini kan begitu dingin,apa kau tega melihatku mengigil di sini?” ia memelas kepadaku,tetapi tetap saja aku tidak mau mengalah.
Memang dia pikir dia siapa sampai-sampai aku rela berbagi kamar dengannya.
“Shiro...” tolakku.
Bagaimana pun aku ini perempuan dan ia itu laki-laki lagipula aku tidak mengenalnya.
Bagaimana jika ia berbuat yang yang tidak-tidak?
“Min Young~a,bagaimana? Boleh kan aku tidur di situ?” tanyanya memelas dan menunjuk kamarku.
“Ahh~ andwe,terserahlah…Oppa mau kedinginan atau tidak bisa tidur,aku tidak peduli!” aku berlari ke arah kamar dan buru-buru menutup pintu.
Kucoba untuk memejamkan mataku,namun sebelumnya sekilas aku melihat ke arah kaca di atas pintu.
Lampu di luar masih menyala.
Orang itu berarti masih belum tidur.
Sudahlah...lupakanlah...terserah ia bisa tidur atau tidak...toh itu bukan urusanku.
Namun,sampai sekarang aku masih bingung dengan sikapnya barusan.
Mengapa saat ia mengetahui namaku,sikapnya menjadi berubah.
Sebenarnya siapa dia?
‘Apakah dia Oppa?’
Aku menggenggam kalung di leherku dengan kuat.
Mengapa sampai saat ini aku masih saja menunggunya?
Sebenarnya kapan ia akan datang lagi?
Flashback
“Saengil chukahae!” Oppa mengagetkanku sambil membawa kue tart yang bertancapkan lilin angka satu dan kosong.
“Oppa! Gamsahaeyo..” aku berlari ke arahnya dengan wajah berseri-seri.
“Ayo...tiup lilinnya” suruh Oppa.
Aku tidak tahu nama orang yang kupanggil Oppa itu siapa,aku baru bertemu dengannya kira-kira sebulan yang lalu ,tetapi entah mengapa hubunganku dengannya sudah terasa sangat dekat.
Aku sudah menganggapnya sebagai Oppa-ku sendiri.
Walaupun aku tidak mengetahui namanya,tetapi itu bukan masalah bagiku karena keinginanku hanyalah tetap dan selalu di sampingnya.
Wuushhh...
Aku meniup lilin-lilin itu dengan bersemangat sambil mengucapkan permintaan sederhana dalam hati.
Bagiku semuanya sudah terpenuhi dan aku sudah bahagia sekarang,jadi aku tidak perlu meminta yang aneh-aneh.
“Apa yang kau minta?” tanya Oppa.
Aku tersenyum dan menjawab,”bi mi..”
“Ahh~...kau harus memberitahuku,” rengkek Oppa seperti anak kecil.
Renggekkannya itu membuatku geli,padahal ia lebih tua dariku tetapi sifatnya terkadang malah lebih kekanak-kanakan daripadaku.
Tiba-tiba ia menyolekkan krim tart itu di tanganku.
Sungguh jahil sekali Oppa ini...
Karena merasa perlu memberi pembalasan akhirnya aku menyolek tanganku ke tart dan bersiap menoelkannya ke Oppa,tetapi Oppa sudah terlebih dahulu lari.
Aku berlari mengejarnya,namun tiba-tiba Oppa berhenti.
Aku yang bingung dengan sikapnya akhirnya berhenti dan memandang lurus ke arahnya.
“Min Young~a...mianhae...ini hari terakhir aku bisa bersamamu,” katanya pelan.
“Mwo? Oppa,jinja?” aku terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang diucapkannya itu.
“Mianhae,Min Young~a...tetapi aku janji aku pasti akan menjemputmu suatu saat nanti...aku janji,” ia memelukku erat.
Aku hanya dapat menangis dalam pelukkannya itu.
“Oppa...jangan tinggalkan aku...” kataku.
Aku berusaha mencegah,tetapi semua itu sia-sia saja.
End of Flashback
-------------------------------------------------------
11 Oktober 2009
Suara kicauan burung di luar membangunakanku pagi ini.
Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur,namun aku terkejut saat mau melangkah menuju pintu.
Orang asing itu ternyata sedang tertidur dengan enaknya di samping tempat tidurku.
Semalam ia memindahkan kasur di luar ke dalam kamarku.
‘Ia benar-benar tidak tahu sopan santun!’ protesku dalam hati.
Kakiku sudah siap menendang tubuhnya yang sedang pulas tertidur itu,tetapi sebuah benda di lehernya menahan niatku.
Mataku tiba-tiba tertuju kepada kalung yang dikenakannya itu.
Kudekatkan mataku dan melihatnya dengan teliti.
Kalung itu...kalung yang sama dengan kalung yang ada di leherku sekarang.
‘Oppa...’ aku hanya berani memanggil namanya dalam hati setelah mengetahui yang sebenarnya.
Kurasakan perasaan senang dan gundah tercampur menjadi satu di dalam hatiku ini.
Refleks kugenggam kalung di leherku dengan erat dan berlari keluar kamar.
Aku tahu suara langkahku pasti sudah membangunkannya,tetapi aku tidak peduli.
Aku bahagia karena hari yang dulu kunantikan itu datang.
Oppa yang dulu memberikan kalung ini dan berjanji akan menjemputku kembali telah menggenapi janjinya,tetapi sekarang aku merasa semuanya sudah terlambat.
Tuhan...mengapa kau mewujudkan impianku ini pada saat yang tidak tepat?
Aku tidak dapat membendung air mataku lagi.
Aku merasa hal ini tidak adil.
Tiba-tiba kurasakan tubuhku di peluk dari belakang.
Aku tahu itu pasti Oppa,tetapi aku tidak berani menengok ke belakang.
Hatiku perih rasanya melihat wajahnya itu.
“Min Young~a,waeyo?” bisiknya di telingaku.
Aku terus menangis dan menghiraukan pertanyaannya itu.
Ia melepaskan pelukkannya itu dan berdiri di hadapanku.
Ia menghapus air mataku dengan tangannya.
“Kau masih belum mengenalku?” tanyanya sambil memegang kedua pipiku.
Aku tersenyum mendengar kata-katanya.
Tanpa basa-basi lagi aku langsung memeluknya.
Ia membalas pelukkanku.
Aku menangis terharu sekaligus menyesal di dalam pelukkannya itu.
Aku merasa menjadi orang paling bahagia dalam sesaat,tetapi aku merasa itu tidak adil bagi Oppa.
---------------------------------------------------
17 Oktober 2009
Omo! Perutku!
Rasa sakit ini kembali menyerangku.
Mengapa sakit ini kambuh di saat seperti ini?
Tuhan,tolonglah...bisakah Kau hilangkan rasa sakit ini?
Bisakah kau memberikanku waktu lagi?
Tubuhku terpelanting karena rasa sakit.
Kucoba menggapai obat yang ada di laciku.
Botolnya itu kubuka dengan kasar dan isinya segera kutumpahkan ke tanganku yang satu lagi.
Kutelan obat pahit itu.
Memang rasanya pahit,tetapi lebih pahit saat mengetahui bahwa teror itu kembali lagi.
Aku terduduk di sebelah tempat tidurku,kemudian menyenderkan kepala sejenak.
Namun belum lama aku merasa tenang,aku sudah mendengarkan suara Young Saeng Oppa kegirangan di luar.
“Min Young~a,lihat apa yang kubawa!” teriaknya.
Aku baru menyadari bahwa obat-obatku berserakkan di lantai.
Dengan segera aku membereskannya dan memasukkan pil-pil itu ke dalam laci.
Aku tidak ingin ia sedih karena mengetahui ini semua.
Krreek...
Ia membuka pintu kamarku.
Aku tersenyum sambil menahan rasa sakit ini.
“Ada apa,Oppa?” tanyaku pelan.
“Igeu..” ia menyerahkan sebuah kotak CD ke arahku.
“Mwo ya?” tanyaku bingung.
Ia menyuruhku membaca judulnya.
SS501 / REBIRTH
Itu yang tertulis di sana.
“Itu album terbaru dariku dan temanku,” ujarnya bangga.
“Jadi Oppa sudah terkenal sekarang?” tanyaku sambil bergurau.
“Ne,dan kau satu-satunya fans yang mendapatkan album itu sebelum hari perilisannya,” ia tersenyum dan tiba-tiba mencubit pipiku.
“Oppa! Jinja! Lagipula kapan aku pernah bilang kalau aku itu fansmu?”
“Sudah..kau tidak perlu menipu dirimu..”
Oppa tiba-tiba menggendongku.
Aku kaget dan mencoba memberontak ingin diturunkan.
“Oppa!” teriakku.
Akhirnya ia menurunkanku di halaman depan rumah.
Ia memandang ke arah depan tanpa merasa bersalah kepadaku yang berdiri di sampingnya ini.
Lalu ia menyanyi dan bersenandung.
Aku terpesona dengan suaranya itu.
Suaranya membuat hatiku yang takut ini menjadi merasa aman dan damai.
“Chukahae,Oppa...” sahutku pelan.
Ia menghentikan nanyiannya dan berbalik ke arahku.
“Memang untuk apa?” tanyanya bingung.
“Untuk albummu....aku senang mendengar Oppa bernanyi...rasanya hatiku damai,” kataku sambil mencoba tersenyum.
Kali ini aku benar-benar memaksakan diri untuk tersenyum,tubuhku sudah meringis kesakitan.
‘Tuhan...bisakah Kau mengabulkan permohonanku? Tolong hilangkan rasa sakit ini,aku sudah tidak bisa menahannya lagi,’ gumamku dalam hati sambil memegang perutku yang rasanya sudah hampir pecah ini.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
“Min Young~a! Min Young~a!”
Aku mendengar Oppa memanggilku.
Namun aku tidak menghiraukannya.
Aku merasakan tubuhku diangkat oleh seseorang.
‘Oppa? Apakah aku berada di gendongannya? Ke mana ia akan membawaku? Tolong Oppa jangan bawaku ke tempat menakutkan itu lagi,’ pintaku dalam hati.
----------------------------------------------------
18 Oktober 2009
Dit...Dit....Dit...
Suara itu lagi yang dapat kudengar di ruangan sepi ini.
Kurasakan tanganku digenggam seseorang.
Kubuka mataku perlahan.
“Appa..” ujarku pelan.
Appa menangis di samping tempat tidurku,ia menggenggam tanganku semalaman.
Kulihat ke arah lainnya,Omma sedang duduk termenung di sofa.
Melihat pemandangan ini,hatiku menjadi kembali terenyuh.
Kedua mataku kembali kuputar untuk mencari seseorang.
“Young Saeng Oppa?” tanyaku kepada Appa.
“Ia sedang keluar,sebentar lagi dia pasti akan tiba kok,” jelas Appa.
Aku hanya menangguk,tetapi hatiku tetap khawatir.
Entah mengapa aku tidak ingin Oppa mengetahui keadaanku yang sebenarnya.
“Appa...bisakah kau menyimpan penyakitku ini sebagai rahasia dari Young Saeng Oppa?” tanyaku pelan.
Appa tidak menjawab,aku melihat wajahnya merenung.
“Appa,tolong..” pintaku,akhirnya Appa menyetujuinya dengan sebuah anggukkan.
--------------------------------------------------------
22 Oktober 2009
Aku berdiri di tengah-tengah taman bunga lavender di dekat rumahku.
Wangi bunganya seolah-olah mengisi kekosongan hatiku.
Hatiku kosong karena sudah empat hari lamanya aku tidak melihat wajahnya.
Sejak aku dirawat di rumah sakit,ia sudah menghilang begitu saja.
Sebenarnya ke mana Oppa? Aku sangat mengkhawatirkannya.
Aku melangkah gontai menuju arah pulang.
Langit yang sudah sore yang mendung membuatku semakin takut akan berakhirnya hari ini.
Rintik-rintik hujan kembali turun dan membasahi diriku.
Kurasakan setiap rintik dan dinginnya air yang turun dari langit itu.
Rasanya seperti memberi suatu semangat baru dalam hidupku yang suram ini.
Tiba-tiba sesosok laki-laki muncul dari kejauhan.
Ia terus berjalan mendekat ke arahku lalu memayungiku.
Aku melihat wajah orang itu dan baru kusadari bahwa ia adalah Young Saeng Oppa.
Aku kaget saat melihatnya.
Namun ia langsung memeluk tubuhku yang mengigil ini dengan salah satu lengannya.
Tubuhku serasa mematung di dalam pelukkannya.
“Saranghae..” bisiknya pelan.
Aku tersontak kaget dan langsung memberontak di pelukkannya.
Aku senang ia berkata seperti itu.
Tetapi aku hanya dapat berkata,”mianhae,Oppa...”
Aku tidak dapat membalasnya perasaannya itu,walaupun sebenarnya dalam lubuk hatiku yang terdalam aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya,namun aku tidak mau menyakiti hatinya.
Oppa masih saja tidak mau melepaskan pelukkannya itu dan aku hanya dapat menangis sambil memukul dadanya.
Ia menahan tanganku.
“Oppa,mianhae...aku tidak bisa menerima kata-katamu itu.”
Aku tidak mau menjadi orang egois,aku mau ia bahagia bersama orang lain yang dapat bersamanya sampai seumur hidupnya.
“Min Young~a,apa karena penyakitmu itu?” Tangisanku semakin deras saat ia bertanya seperti itu.
Selama ini aku berusaha menutupi kenyataan itu daripadanya,tetapi dari mana ia dapat mengetahui itu semua?
“Kau tidak perlu menutupi itu,aku tahu semuanya...dan aku serius dengan kata yang kuucapkan tadi,aku berjanji akan selalu menjagamu,”katanya.
Ia menatapku lekat lalu mencium bibirku dengan lembut.
Aku membalasnya dengan dengan bersalah yang mendalam,tetapi entah mengapa saat ia mengecupku aku merasa ada sebuah semangat baru yang memenuhi diriku ini.
Hidup yang kurasa tidak berarti ini terasa seperti disinari oleh semangat baru lagi.
---------------------------------------------------
27 Oktober 2009
Aku mengunci diriku di kamar,menjauhi diri dari segalanya.
Saat aku menerima dan membalas Oppa,aku merasa bahagia,tetapi mengapa sekarang perasaan bersalah itu muncul kembali.
Akhir-akhir ini semakin sering kurasakan sakit di lambungku ini.
Kemarin aku mencoba meredamnya dengan obat,tetapi aku tahu ini sudah terlalu terlambat.
Obat-obat itu tidak dapat mengubah nasib hidupku.
Kubaca sekali lagi laporan kesehatan yang kuterima beberapa bulan lalu.
KANKER LAMBUNG STADIUM 4
Rasanya itu semua tidak adil,mengapa Tuhan terlambat mendatangkan kebahagiaan bagiku.
Seperti hari-hari sebelumnya kucoba menahan rasa sakit itu.
Kuremas perutku dengan kuat,namun karena tidak kuat dan aku hanya dapat berguling di lantai demi menahan teriakkan yang hendak keluar dari mulutku ini.
Aku tidak ingin melihat Oppa susah dan sedih.
Tok...Tok...Tok....Tok...Tok...
Kudengar suara pintu diketuk secara tiba-tiba dari luar.
”Min Young! Min Young!” teriak seseorang.
Aku tahu itu suara Oppa.
Aku berusaha menjawabnya dengan tergagap,”O...ppa...gwenchenayeo...”
“Min Young~a! Buka pintunya!” Oppa menggedor pintu semakin keras.
“Oppa...gwenchana...” aku berusaha menghalaunya masuk.
Aku tidak mau ia melihatku dengan kondisi seperti ini.
Ini terlalu menyedihkan untuknya dan biarlah aku meredam rasa sakit ini sendiri.
“Min Young~a...buka pintunya...atau kudobrak..”
Aku sudah tidak dapat menjawabnya lagi.
Brraakk...
Pintu tiba-tiba terbuka.
Oppa berlari masuk menghampiriku.
Ia mendudukan tubuhku yang tergeletak di lantai lalu memelukku dari belakang.
“Babo,mengapa kau menyembunyikan rasa sakit itu?! Mengapa kau menahannya sedirian?!” suara Oppa bergetar.
“Jangan menyembunyikan rasa sakit itu sendirian,kau bisa memelukku...Min Young~a,tolong jangan menanggung itu sendirian,aku tidak mau melihatmu menderita karena menanggung ini semua seorang diri.”
Perlahan-lahan kurasakan air mata Oppa berjatuhan di pundakku,namun aku juga hanya dapat menangis mendengar kata-katanya itu.
“Oppa...oppa tahu...aku memohon kepada Tuhan agar aku diberi perpanjangan waktu,aku ingin hidup sampai tanggal empat November karena aku ingin merayakan ulang tahunmu,Oppa..”
Aku mencoba tersenyum di tengah-tengah tangisanku,tetapi Oppa malah semakin mempererat pelukkannya.
“Min Young~a...aku janji kita akan merayakan ulang tahun yang berbeda tahun ini.”
Aku tahu Oppa tidak mau membicarakan soal waktu yang tersisa,tetapi aku tahu ia hanya mau menjalani sisa waktu yang ada dengan suatu kebahagiaan.
---------------------------------------------
31 Oktober 2009
Tanggal tiga November sudah semakin dekat dan itu berarti waktuku juga sudah semakin sedikit.
Namun entah mengapa sekarang aku baru menyadari bahwa aku tidak menyesal untuk hidup di waktu yang singkat ini.
Apakah karena kehadiran Oppa?
Walaupun ia tahu bahwa waktu terus mengejarku,tetapi ia selalu berjuang untuk membuatku bahagia di waktu yang seadanya ini.
Entah ia mengajakku untuk pergi mengenang masa-masa dulu atau pun pergi untuk bersenang-senang.
Kami mengambil foto sebanyak mungkin yang kami bisa.
Karena aku tidak ingin ia melupakanku begitu saja walaupun sebentar lagi aku akan tidak ada di sisi.
Akan tetapi,semakin mendekati hari itu aku menjadi semakin takut untuk pergi meninggalkan dirinya.
Aku tidak rela meninggalkannya,padahal sudah berulang kali kukatakan pada diriku bahwa aku tidak sepantasnya untuk egois.
Ia tidak seharusnya hidup dalam bayang-bayangku yang sebentar lagi akan meninggalkannya ini.
Mianhae,Oppa karena aku terlalu egois,tetapi bisakah kau tetap meningatku saja walaupun aku tidak dapat berada di sampingmu selamanya.
-----------------------------------------------
3 November 2009
“Omma! Mana buku resep itu?” tanyaku kepada Omma yang sedang serius merawat tanaman di halaman itu.
Hari ini adalah hari ulang tahun Oppa dan aku berjanji bahwa aku akan membuatkan sesuatu yang spesial untuk dirinya.
Aku ingin membuat kue tart dengan tanganku sendiri.
Memang kedengarannya itu merupakan hal sederhana dan biasa,tetapi aku harap Oppa menyukainya.
Dengan hati bersemangat kubuka lemari penyimpanan bahan makanan di dapur.
Akan tetapi,ternyata lemari itu sudah kosong tanpa sisa.
Hatiku langsung dipenuhi oleh kepanikan dan kekecewaan.
Kucoba memutar otakku dan akhirnya tanpa berpikir panjang kukeluarkan sepeda kesayanganku yang sudah lama disimpan di gudang.
Sudah lama aku tidak melihatnya.
Semenjak aku sakit Appa melarangku untuk menggunakannya,katanya aku tidak boleh terlalu lelah.
Tetapi untuk kali ini saja,Appa…mianatta…tolong maafkan kelakuanku.
---------------------------------------------------
Aku memboseh sepeda keluar dari gudang tanpa sepengetahuan Appa maupun Omma.
Semuanya berjalan lancar seperti yang dipikirkan olehku.
Aku sampai ke toko bahan-bahan kue langganan Omma dan dengan segera kuparkirkan sepedaku di sebelah pintu toko lalu berlari masuk ke dalam.
Aku memborong semua bahan-bahan yang kuperlukan dan memasukkannya ke dalam keranjang sepeda.
Kuboseh kembali sepedaku pulang.
Perjalanan terasa lancar dan sedari tadi.
Aku bisa menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahku,namun tiba-tiba kurasakan lagi rajaman penyakit yang serasa menyayat lambungku ini.
‘Tuhan tolong…berikanku perpanjangan waktu lagi,aku hanya mau merayakan ulang tahunnya dan setelah itu kau boleh menjemputku kembali,’ kupanjatkan doaku sambil berharap rasa sakit ini akan hilang.
----------------------------------------------------
Aku tiba di rumah dengan keadaan kotor dan berantakan.
Kedua lututku luka akibat jatuh dari sepeda dan sekarang aku hanya dapat berjalan terseok-seok ke dalam dapur.
Kukeluarkan semua bahan kue yang tadi kubeli di atas meja dan mulai kucoba membuat tart itu sesuai dengan panduan di resep.
1 jam…
2 jam….
3 jam….
5 jam…
Lima jam tak terasa telah berlalu dan sampai sekarang tak ada kue buatanku yang berhasil dengan sukses.
Hatiku sudah semakin tidak bersemangat melihat semuanya.
Kulihat sekitarku dan semuanya sudah berubah menjadi kapal pecah.
Tepung bertaburan di mana-mana sedangkan alat-alat masak pun masih berantakan di atas meja dengan keadaan kotor.
Kulihat jam yang tergantung di dinding dapur.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima malam dan aku baru ingat bahwa kemarin aku berjanji akan bertemu Oppa di kebun kenanganku jam sembilan malam.
‘Aish…aku harus segera ke sana,’ gumamku sambil menanggalkan celemek di tubuhku lalu berlari sambil menahan sakit ini.
Sejak sore rasa pilu selalu tak pernah meninggalkan lambungku ini.
Aku tahu ini memang sudah waktunya dan aku hanya dapat menunggu akan menjemputan dari-Nya.
------------------------------------------------
Malam ini hanya sinar bulanlah yang menerangi gelapnya kebun.
Hanya sedikit cahaya remang-remang yang menerangi dari kejauhan,namun tetap saja aku tidak dapat melihat segalanya dengan jelas.
Kuputar bola mataku sekeliling.
Mencari sesosok yang kukenal,namun tidak ada seorang pun yang menungguku di sana.
“OPPA!” aku berteriak.
Namun tidak ada yang menyahut teriakkanku itu.
Aku terus melihat kesekeliling mencarinya dan membuatku aku hampir frustasi.
Kekecewaan sekaligus ketakutan langsung menghampiriku.
Mataku sudah berkaca-kaca.
Namun tiba-tiba kudengar suara samar-samar dari kejauhan...
“Saengil chukahamnida…saengil chukahamnida…saranghaneun Shin Min Young…Saengil chukahamnida…”
Aku berbalik mencari asal suara itu dan membuka mataku agar bisa melihat orang yang menyanyikannya.
Oppa keluar dari tempat persembunyiannya sambil membawa tart yang bertancapkan lilin.
Tanpa disangka air mataku langsung meleleh.
Aku tidak bisa menahan haru yang kurasakan.
Aku tidak menyangka Oppa akan membuat kejutan seperti itu.
Walaupun semua kejadian ini bagaikan gambaran yang terulang kembali,tetapi aku tahu bahwa ini semua berbeda.
Rasa sayang Oppa kepadaku kali ini bukanlah rasa sayang yang diberikannya dulu.
“Ayo,tiup lilinnya,” ajakkan Oppa seolah menyadarkanku dari tangis haru.
Kuucapkan permohonan dalam hati sambil memejamkan mataku.
Wuusshh..
Kutiup lilin-lilin kecil yang menyala itu dengan senyum bahagia.
“Apa yang kau mohon?” tanya Oppa sambil mengelus kepalaku lembut.
Kukembangkan senyum terbaikku kearahnya.
“Kali ini...aku memohon agar Oppa selalu bahagia,aku ingin melihat Oppa menjadi orang terbahagia di dunia ini,aku tidak mau Oppa merasakan penyesalan atau pun kesedihan.”
Kuucapkan kata-kata itu dengan hati yang pilu.
Oppa yang terlihat tegar di depanku sekarang hanya dapat terpaku.
Aku tahu ia mengerti arti kata yang kuucapkan barusan.
Ia meletakkan kue tart yang dipegangnya di atas batu lalu mendekapku erat.
Kurasakan kesedihan dan ketakutan yang sama memenuhi dirinya.
“Oppa...aku takut,” bisikku pelan.
“Aku takut meninggalkanmu,aku takut tidak dapat melihat keceriaan yang kau berikan selama ini kepada diriku,Oppa...aku takut aku tidak bisa melihat semuanya lagi,” lanjutku.
Ia tidak menanggapi ucapku,namun ia mempererat pelukkannya.
“Min Young~a...jika aku boleh meminta,aku ingin sekali menghabiskan waktu denganmu lebih panjang lagi...”
Kuhentikan kata-kata dengan sebuah kecupan di bibirnya.
Aku tidak mau mendengarkan kata-kata itu dari mulutnya.
Aku takut aku tidak akan sanggup meninggalkannya jika mendengarnya.
------------------------------------------------
Kusandarkan kepalaku di bahunya.
Tubuhku sudah mulai mati rasa dan yang kurasakan hanyalah dingin yang menusuk kulitku.
Aku tahu ini memang saatnya.
Waktuku sudah habis dan Tuhan benar-benar telah mengabulkan permohonanku.
“Min Young,bagaimana ulang tahun kali ini?” kata Oppa pelan.
Kurasakan desahan hangat nafasnya menyentuh daun telingaku.
Aku tersenyum dan memejamkan mata.
“Yeppo...nommu yeppo..”
Aku tidak menjawab pertanyaannya melainkan hanya mengomentari kunang-kunang yang berterbangan di sekitarku.
Oppa ikut tertawa melihatnya.
“Min Young~a,mianhae karena telah membuatmu menderita selama ini...Mianhae karena aku datang terlambat.”
“Oppa,gwenchanayeo...Oppa memang datang terlambat,tetapi Oppa memberikan kebahagiaan bagi hidupku ini,gamsahaeyeo,” suaraku tercekat.
Lelah sekali rasanya hari ini.
Ini rasanya memejamkan mata dan tertidur untuk selamanya.
“Min Young,sekarang sudah tepat tengah malam..”
Kudengar Oppa berbisik lembut di telingaku,namun yang dapat kudengar hanyalah suara samar menjelang hilang.
Kupejamkan mataku sambil membalasnya dengan sebuah kalimat terakhir.
“Oppa,saranghae...”
----------------------------------------------------------
Akan kuingat semua kenangan ini Oppa...
Walaupun aku tahu ini kenangan yang tak bernama,tetapi aku akan selalu ingat semuanya.
Akan selalu kuingat senyumanmu,semangatmu,pelukkanmu,dan apa yang telah berikan bagiku.
Tak sia-sia rasanya menunggu..
Menunggu dalam kesepian dan kepedihan,tetapi semuanya berujung kebahagiaan.
Oppa,gomawo karena telah membuat hidupku berwarna dan memiliki arti.
Ingin rasanya memutar apa yang telah terjadi...
Memutar semua gambaran-gambaran wajahmu...
Namun sayangnya Tuhan tak mengizinkan hal itu...
Akan tetapi,jangan pernah menyesal dengan apa yang telah terjadi karena aku tidak ingin kau menyesal akan takdir yang telah diberikan olehTuhan kepadaku ini.
Aku ingin kau bahagia..walaupun tidak bersamaku...
Tetapi,sekali lagi kumohon agar kau selalu mengingatku karena aku pun akan selalu mengingatmu di atas sana...
Shin Min Young
-----------------------------------------------------------------
Label: Special Gift