<xmp> <body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7457634820015561536\x26blogName\x3dBehind+the+Scene+of+My+Life\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://chingzz-daily.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://chingzz-daily.blogspot.com/\x26vt\x3d8905673666798861662', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script> </xmp>
Welcome

I've already left this blog but I will be happy if you still take a look on my old fan fiction :D

The Princess
Add your profile goes here.
Hi and Hello!
Let me introduce my name then~ Ching Ching is speakin' here! Scream out loud and be ready for the rockin' blog YEAH! This is the second blog I got here, the first is on LiveJournal, and I used that as my fan fiction park ♥♥ I'm Chinese who live in country named Indonesia, so I usually speak in Bahasa. I love lurking around at SOOMPI, check the request thread and help them all that had a problem about NG and GASOO poster. And by the way, I had a Tumblr. I use that page as my poster and banner gallery. So please welcome then~ I'll be glad to know that someone has visited it. I would to tell about my emptiness, problems and experiences on here.. So, just shut up and listen then! *LMFAO*.

Links
Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here Link Here

Archives
September 2009
Oktober 2009
November 2009

Layout ©

ME. kynzgerl
CODES. manikka
BRUSHES. 1 2
IMAGES. 1 2
The 2 paper heart: moargh.de
SOURCE. BLOGGER BLOGSKINS IMAGESHACK
Senin, 02 November 2009


Annyeong yorobun...
Deuh,,,gw lagi seneng banget deh sekarang haha...
Gw mau say SAENGIL CUKAHAMNIDA dulu buat Oppa kesayangan gw yang satu ini haha..
Si Young Saeng Oppa dari SS501 haha...*ga ga tau mukanya kayak gimana tuh...fotonya dah gw post gede'' di awal haha*...
Oppa yang ultahnya sama tanggalnya ma ultah gw..*gw nagih kado*
Gw ngepostnya berdasarkan waktu di KorSel sono ye...
Soal pertamanya gw pengen post jam 12 malem ntar,tapi takut dimarahin mama haha...jadi gw majuin deh acara post mengepostnya haha...
Ya udah deh...daripada dilempar ember gara'' kebanyakan bacot hehe..mending baca aja fic yang satu ini...khusus gw buat Young Saeng Oppa haha...
Komennya juga jangan lupa ye ceu..
Cekidot deh..

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nameless Memory

3 Oktober 2009

Hawa dingin menusuk kulitku.
Air hujan membasahi kepalaku.
Udara menderu seakan-akan mengangkatku terbang.
Aku dapat merasakan dan mendengar itu semua,namun kubiarkan itu semua terjadi.
Aku berdiri di tengah derasnya hujan dan itu sudah kesekian kalinya kulakukan.
Aku bersyurukur masih dapat merasakan itu semua.
Bagaimana jika suatu hari nanti Tuhan tidak lagi mengijinkanku untuk berdiri dan merasakan ini semua?
Kapankah hari itu? Apakah besok? Lusa? Bulan depan?
Aku pun tidak tahu.
---------------------------------------------
10 Oktober 2009

“Naneun Heo Young Saeng imnida...” seseorang memperkenalkan diri di depan keluargaku dengan gaya cueknya.
Hari ini keluargaku kedatangan tamu tidak dikenal.
“Ada apa ya?” tanya Appaku bingung.
“Saya datang dari Seoul,saya tersesat dan handphone saya kehabisan baterai,” jawabnya sambil melihat ke arahku.
Aku balas menatapnya lekat,memperhatikannya dari ujung kepala sampai kaki.
Penampilannya sangat modern,tetapi sebenarnya siapakah orang ini?
Apakah dia seorang yang terkenal di Seoul sana?
“Kau mau meminjam telepon?” tawar Ommaku di samping.
“Ne...” tanpa permisi atau kata maaf ia menabrak bahu kananku dan masuk ke dalam rumah.
‘Siapa dia? Apa maunya? Benar-benar tidak tahu sopan santun..’

Kami semua menunggunya menelepon seseorang namun setelah tersambung,yang kudengar justru kata-kata makian.
“Ya! Mwo? Kau tidak bisa datang sekarang ke sini?!” teriaknya marah.
Sebenarnya siapa yang ia telepon?
Kedengarannya ia orang kaya karena mana mungkin ia bisa menyuruh-nyuruh orang seperti itu jika tidak kaya.
“Ahjussi,bisa kau menyewakan kamar untukku selama beberapa hari? Karena kendaraanku baru akan bisa menjemput beberapa hari lagi dan aku butuh tempat tinggal,” tanyanya.
Mataku sudah melotot khawatir saat Appa menganggukkan kepala ke arah Omma setelah berdiskusi sebentar.
“Geurae,kau boleh menginap di sini,tetapi kami tidak menerima uang sewa...anggap saja sebagai bantuan dari kami secara tulus,” kata Appa.
Ommo! Appa sudah gila! Bagaimana bisa Appa membiarkan orang asing seperti dia untuk menginap di rumah ini?
Lagipula di mana ia akan tinggal?
Rumahku saja sudah sempit jika ditempat tiga orang,apalagi ditambah dengannya,bisa-bisa aku disuruh tidur di ruang tamu.

“Andwe,Appa..” bisikku sebelum Appa beranjak pergi.
Aku berharap Appa mengubah keputusannya,namun bukannya menanggapiku dengan kata-kata,Appa malah tersenyum ke arahku.
Aku menarik lengan bajunya sambil memasang tampang memelas.
“Min Young,sudahlah...sekali-kali kita harus menolong orang lain..”
Appa tidak memarahiku,tetapi malah menolak permintaanku dengan halus dan karena itu lah akhirnya aku terpaksa menurut.
-------------------------------------------------
“Ya!” teriak seseorang di belakangku.
Aku menoleh dan melihatnya dengan muka bingung.
“Iya,kau!” bentaknya.
“Namaku Shin Min Young,Oppa...jadi kau tidak perlu memanggilku dengan kata ‘Ya’,arasseo?”
Akhirnya aku berani juga melawannya.
Hatiku puas namun,sekilas aku melihat wajahnya berubah menjadi kaget.
Kira-kira ada apa dengan namaku? Mengapa wajahnya begitu kaget begitu mengetahuinya?
“Arasseo,Min Young~a...aku tidur di mana sekarang?” sekarang ia bertanya dengan nada yang lebih lembut kepadaku.
Aku menjadi bertambah bingung.
“Oppa tidur di sofa saja karena di sini hanya ada dua kamar dan kamar itu sudah menjadi milikku,” kataku ketus sambil menunjuk ke arah kamarku.
“Umm...tega sekali kau...malam ini kan begitu dingin,apa kau tega melihatku mengigil di sini?” ia memelas kepadaku,tetapi tetap saja aku tidak mau mengalah.
Memang dia pikir dia siapa sampai-sampai aku rela berbagi kamar dengannya.
“Shiro...” tolakku.
Bagaimana pun aku ini perempuan dan ia itu laki-laki lagipula aku tidak mengenalnya.
Bagaimana jika ia berbuat yang yang tidak-tidak?
“Min Young~a,bagaimana? Boleh kan aku tidur di situ?” tanyanya memelas dan menunjuk kamarku.
“Ahh~ andwe,terserahlah…Oppa mau kedinginan atau tidak bisa tidur,aku tidak peduli!” aku berlari ke arah kamar dan buru-buru menutup pintu.

Kucoba untuk memejamkan mataku,namun sebelumnya sekilas aku melihat ke arah kaca di atas pintu.
Lampu di luar masih menyala.
Orang itu berarti masih belum tidur.
Sudahlah...lupakanlah...terserah ia bisa tidur atau tidak...toh itu bukan urusanku.
Namun,sampai sekarang aku masih bingung dengan sikapnya barusan.
Mengapa saat ia mengetahui namaku,sikapnya menjadi berubah.
Sebenarnya siapa dia?
‘Apakah dia Oppa?’
Aku menggenggam kalung di leherku dengan kuat.
Mengapa sampai saat ini aku masih saja menunggunya?
Sebenarnya kapan ia akan datang lagi?

Flashback
“Saengil chukahae!” Oppa mengagetkanku sambil membawa kue tart yang bertancapkan lilin angka satu dan kosong.
“Oppa! Gamsahaeyo..” aku berlari ke arahnya dengan wajah berseri-seri.
“Ayo...tiup lilinnya” suruh Oppa.

Aku tidak tahu nama orang yang kupanggil Oppa itu siapa,aku baru bertemu dengannya kira-kira sebulan yang lalu ,tetapi entah mengapa hubunganku dengannya sudah terasa sangat dekat.
Aku sudah menganggapnya sebagai Oppa-ku sendiri.
Walaupun aku tidak mengetahui namanya,tetapi itu bukan masalah bagiku karena keinginanku hanyalah tetap dan selalu di sampingnya.

Wuushhh...
Aku meniup lilin-lilin itu dengan bersemangat sambil mengucapkan permintaan sederhana dalam hati.
Bagiku semuanya sudah terpenuhi dan aku sudah bahagia sekarang,jadi aku tidak perlu meminta yang aneh-aneh.

“Apa yang kau minta?” tanya Oppa.
Aku tersenyum dan menjawab,”bi mi..”
“Ahh~...kau harus memberitahuku,” rengkek Oppa seperti anak kecil.
Renggekkannya itu membuatku geli,padahal ia lebih tua dariku tetapi sifatnya terkadang malah lebih kekanak-kanakan daripadaku.

Tiba-tiba ia menyolekkan krim tart itu di tanganku.
Sungguh jahil sekali Oppa ini...
Karena merasa perlu memberi pembalasan akhirnya aku menyolek tanganku ke tart dan bersiap menoelkannya ke Oppa,tetapi Oppa sudah terlebih dahulu lari.
Aku berlari mengejarnya,namun tiba-tiba Oppa berhenti.
Aku yang bingung dengan sikapnya akhirnya berhenti dan memandang lurus ke arahnya.
“Min Young~a...mianhae...ini hari terakhir aku bisa bersamamu,” katanya pelan.
“Mwo? Oppa,jinja?” aku terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang diucapkannya itu.
“Mianhae,Min Young~a...tetapi aku janji aku pasti akan menjemputmu suatu saat nanti...aku janji,” ia memelukku erat.
Aku hanya dapat menangis dalam pelukkannya itu.
“Oppa...jangan tinggalkan aku...” kataku.
Aku berusaha mencegah,tetapi semua itu sia-sia saja.
End of Flashback
-------------------------------------------------------
11 Oktober 2009

Suara kicauan burung di luar membangunakanku pagi ini.
Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur,namun aku terkejut saat mau melangkah menuju pintu.
Orang asing itu ternyata sedang tertidur dengan enaknya di samping tempat tidurku.
Semalam ia memindahkan kasur di luar ke dalam kamarku.
‘Ia benar-benar tidak tahu sopan santun!’ protesku dalam hati.
Kakiku sudah siap menendang tubuhnya yang sedang pulas tertidur itu,tetapi sebuah benda di lehernya menahan niatku.
Mataku tiba-tiba tertuju kepada kalung yang dikenakannya itu.
Kudekatkan mataku dan melihatnya dengan teliti.
Kalung itu...kalung yang sama dengan kalung yang ada di leherku sekarang.
‘Oppa...’ aku hanya berani memanggil namanya dalam hati setelah mengetahui yang sebenarnya.
Kurasakan perasaan senang dan gundah tercampur menjadi satu di dalam hatiku ini.
Refleks kugenggam kalung di leherku dengan erat dan berlari keluar kamar.
Aku tahu suara langkahku pasti sudah membangunkannya,tetapi aku tidak peduli.

Aku bahagia karena hari yang dulu kunantikan itu datang.
Oppa yang dulu memberikan kalung ini dan berjanji akan menjemputku kembali telah menggenapi janjinya,tetapi sekarang aku merasa semuanya sudah terlambat.
Tuhan...mengapa kau mewujudkan impianku ini pada saat yang tidak tepat?
Aku tidak dapat membendung air mataku lagi.
Aku merasa hal ini tidak adil.

Tiba-tiba kurasakan tubuhku di peluk dari belakang.
Aku tahu itu pasti Oppa,tetapi aku tidak berani menengok ke belakang.
Hatiku perih rasanya melihat wajahnya itu.
“Min Young~a,waeyo?” bisiknya di telingaku.
Aku terus menangis dan menghiraukan pertanyaannya itu.
Ia melepaskan pelukkannya itu dan berdiri di hadapanku.
Ia menghapus air mataku dengan tangannya.
“Kau masih belum mengenalku?” tanyanya sambil memegang kedua pipiku.
Aku tersenyum mendengar kata-katanya.
Tanpa basa-basi lagi aku langsung memeluknya.
Ia membalas pelukkanku.
Aku menangis terharu sekaligus menyesal di dalam pelukkannya itu.
Aku merasa menjadi orang paling bahagia dalam sesaat,tetapi aku merasa itu tidak adil bagi Oppa.
---------------------------------------------------
17 Oktober 2009

Omo! Perutku!
Rasa sakit ini kembali menyerangku.
Mengapa sakit ini kambuh di saat seperti ini?
Tuhan,tolonglah...bisakah Kau hilangkan rasa sakit ini?
Bisakah kau memberikanku waktu lagi?

Tubuhku terpelanting karena rasa sakit.
Kucoba menggapai obat yang ada di laciku.
Botolnya itu kubuka dengan kasar dan isinya segera kutumpahkan ke tanganku yang satu lagi.
Kutelan obat pahit itu.
Memang rasanya pahit,tetapi lebih pahit saat mengetahui bahwa teror itu kembali lagi.
Aku terduduk di sebelah tempat tidurku,kemudian menyenderkan kepala sejenak.
Namun belum lama aku merasa tenang,aku sudah mendengarkan suara Young Saeng Oppa kegirangan di luar.
“Min Young~a,lihat apa yang kubawa!” teriaknya.
Aku baru menyadari bahwa obat-obatku berserakkan di lantai.
Dengan segera aku membereskannya dan memasukkan pil-pil itu ke dalam laci.
Aku tidak ingin ia sedih karena mengetahui ini semua.

Krreek...
Ia membuka pintu kamarku.
Aku tersenyum sambil menahan rasa sakit ini.
“Ada apa,Oppa?” tanyaku pelan.
“Igeu..” ia menyerahkan sebuah kotak CD ke arahku.
“Mwo ya?” tanyaku bingung.
Ia menyuruhku membaca judulnya.
SS501 / REBIRTH
Itu yang tertulis di sana.
“Itu album terbaru dariku dan temanku,” ujarnya bangga.
“Jadi Oppa sudah terkenal sekarang?” tanyaku sambil bergurau.
“Ne,dan kau satu-satunya fans yang mendapatkan album itu sebelum hari perilisannya,” ia tersenyum dan tiba-tiba mencubit pipiku.
“Oppa! Jinja! Lagipula kapan aku pernah bilang kalau aku itu fansmu?”
“Sudah..kau tidak perlu menipu dirimu..”
Oppa tiba-tiba menggendongku.
Aku kaget dan mencoba memberontak ingin diturunkan.
“Oppa!” teriakku.
Akhirnya ia menurunkanku di halaman depan rumah.
Ia memandang ke arah depan tanpa merasa bersalah kepadaku yang berdiri di sampingnya ini.
Lalu ia menyanyi dan bersenandung.
Aku terpesona dengan suaranya itu.
Suaranya membuat hatiku yang takut ini menjadi merasa aman dan damai.

“Chukahae,Oppa...” sahutku pelan.
Ia menghentikan nanyiannya dan berbalik ke arahku.
“Memang untuk apa?” tanyanya bingung.
“Untuk albummu....aku senang mendengar Oppa bernanyi...rasanya hatiku damai,” kataku sambil mencoba tersenyum.
Kali ini aku benar-benar memaksakan diri untuk tersenyum,tubuhku sudah meringis kesakitan.
‘Tuhan...bisakah Kau mengabulkan permohonanku? Tolong hilangkan rasa sakit ini,aku sudah tidak bisa menahannya lagi,’ gumamku dalam hati sambil memegang perutku yang rasanya sudah hampir pecah ini.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
“Min Young~a! Min Young~a!”
Aku mendengar Oppa memanggilku.
Namun aku tidak menghiraukannya.

Aku merasakan tubuhku diangkat oleh seseorang.
‘Oppa? Apakah aku berada di gendongannya? Ke mana ia akan membawaku? Tolong Oppa jangan bawaku ke tempat menakutkan itu lagi,’ pintaku dalam hati.
----------------------------------------------------
18 Oktober 2009

Dit...Dit....Dit...
Suara itu lagi yang dapat kudengar di ruangan sepi ini.
Kurasakan tanganku digenggam seseorang.
Kubuka mataku perlahan.
“Appa..” ujarku pelan.
Appa menangis di samping tempat tidurku,ia menggenggam tanganku semalaman.
Kulihat ke arah lainnya,Omma sedang duduk termenung di sofa.
Melihat pemandangan ini,hatiku menjadi kembali terenyuh.

Kedua mataku kembali kuputar untuk mencari seseorang.
“Young Saeng Oppa?” tanyaku kepada Appa.
“Ia sedang keluar,sebentar lagi dia pasti akan tiba kok,” jelas Appa.
Aku hanya menangguk,tetapi hatiku tetap khawatir.
Entah mengapa aku tidak ingin Oppa mengetahui keadaanku yang sebenarnya.
“Appa...bisakah kau menyimpan penyakitku ini sebagai rahasia dari Young Saeng Oppa?” tanyaku pelan.
Appa tidak menjawab,aku melihat wajahnya merenung.
“Appa,tolong..” pintaku,akhirnya Appa menyetujuinya dengan sebuah anggukkan.
--------------------------------------------------------
22 Oktober 2009

Aku berdiri di tengah-tengah taman bunga lavender di dekat rumahku.
Wangi bunganya seolah-olah mengisi kekosongan hatiku.
Hatiku kosong karena sudah empat hari lamanya aku tidak melihat wajahnya.
Sejak aku dirawat di rumah sakit,ia sudah menghilang begitu saja.
Sebenarnya ke mana Oppa? Aku sangat mengkhawatirkannya.

Aku melangkah gontai menuju arah pulang.
Langit yang sudah sore yang mendung membuatku semakin takut akan berakhirnya hari ini.
Rintik-rintik hujan kembali turun dan membasahi diriku.
Kurasakan setiap rintik dan dinginnya air yang turun dari langit itu.
Rasanya seperti memberi suatu semangat baru dalam hidupku yang suram ini.

Tiba-tiba sesosok laki-laki muncul dari kejauhan.
Ia terus berjalan mendekat ke arahku lalu memayungiku.
Aku melihat wajah orang itu dan baru kusadari bahwa ia adalah Young Saeng Oppa.
Aku kaget saat melihatnya.
Namun ia langsung memeluk tubuhku yang mengigil ini dengan salah satu lengannya.
Tubuhku serasa mematung di dalam pelukkannya.
“Saranghae..” bisiknya pelan.
Aku tersontak kaget dan langsung memberontak di pelukkannya.
Aku senang ia berkata seperti itu.
Tetapi aku hanya dapat berkata,”mianhae,Oppa...”
Aku tidak dapat membalasnya perasaannya itu,walaupun sebenarnya dalam lubuk hatiku yang terdalam aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya,namun aku tidak mau menyakiti hatinya.

Oppa masih saja tidak mau melepaskan pelukkannya itu dan aku hanya dapat menangis sambil memukul dadanya.
Ia menahan tanganku.
“Oppa,mianhae...aku tidak bisa menerima kata-katamu itu.”
Aku tidak mau menjadi orang egois,aku mau ia bahagia bersama orang lain yang dapat bersamanya sampai seumur hidupnya.
“Min Young~a,apa karena penyakitmu itu?” Tangisanku semakin deras saat ia bertanya seperti itu.
Selama ini aku berusaha menutupi kenyataan itu daripadanya,tetapi dari mana ia dapat mengetahui itu semua?
“Kau tidak perlu menutupi itu,aku tahu semuanya...dan aku serius dengan kata yang kuucapkan tadi,aku berjanji akan selalu menjagamu,”katanya.
Ia menatapku lekat lalu mencium bibirku dengan lembut.
Aku membalasnya dengan dengan bersalah yang mendalam,tetapi entah mengapa saat ia mengecupku aku merasa ada sebuah semangat baru yang memenuhi diriku ini.
Hidup yang kurasa tidak berarti ini terasa seperti disinari oleh semangat baru lagi.
---------------------------------------------------
27 Oktober 2009

Aku mengunci diriku di kamar,menjauhi diri dari segalanya.
Saat aku menerima dan membalas Oppa,aku merasa bahagia,tetapi mengapa sekarang perasaan bersalah itu muncul kembali.
Akhir-akhir ini semakin sering kurasakan sakit di lambungku ini.
Kemarin aku mencoba meredamnya dengan obat,tetapi aku tahu ini sudah terlalu terlambat.
Obat-obat itu tidak dapat mengubah nasib hidupku.
Kubaca sekali lagi laporan kesehatan yang kuterima beberapa bulan lalu.
KANKER LAMBUNG STADIUM 4
Rasanya itu semua tidak adil,mengapa Tuhan terlambat mendatangkan kebahagiaan bagiku.

Seperti hari-hari sebelumnya kucoba menahan rasa sakit itu.
Kuremas perutku dengan kuat,namun karena tidak kuat dan aku hanya dapat berguling di lantai demi menahan teriakkan yang hendak keluar dari mulutku ini.
Aku tidak ingin melihat Oppa susah dan sedih.

Tok...Tok...Tok....Tok...Tok...
Kudengar suara pintu diketuk secara tiba-tiba dari luar.
”Min Young! Min Young!” teriak seseorang.
Aku tahu itu suara Oppa.

Aku berusaha menjawabnya dengan tergagap,”O...ppa...gwenchenayeo...”
“Min Young~a! Buka pintunya!” Oppa menggedor pintu semakin keras.
“Oppa...gwenchana...” aku berusaha menghalaunya masuk.
Aku tidak mau ia melihatku dengan kondisi seperti ini.
Ini terlalu menyedihkan untuknya dan biarlah aku meredam rasa sakit ini sendiri.
“Min Young~a...buka pintunya...atau kudobrak..”
Aku sudah tidak dapat menjawabnya lagi.

Brraakk...
Pintu tiba-tiba terbuka.
Oppa berlari masuk menghampiriku.
Ia mendudukan tubuhku yang tergeletak di lantai lalu memelukku dari belakang.
“Babo,mengapa kau menyembunyikan rasa sakit itu?! Mengapa kau menahannya sedirian?!” suara Oppa bergetar.
“Jangan menyembunyikan rasa sakit itu sendirian,kau bisa memelukku...Min Young~a,tolong jangan menanggung itu sendirian,aku tidak mau melihatmu menderita karena menanggung ini semua seorang diri.”
Perlahan-lahan kurasakan air mata Oppa berjatuhan di pundakku,namun aku juga hanya dapat menangis mendengar kata-katanya itu.
“Oppa...oppa tahu...aku memohon kepada Tuhan agar aku diberi perpanjangan waktu,aku ingin hidup sampai tanggal empat November karena aku ingin merayakan ulang tahunmu,Oppa..”
Aku mencoba tersenyum di tengah-tengah tangisanku,tetapi Oppa malah semakin mempererat pelukkannya.
“Min Young~a...aku janji kita akan merayakan ulang tahun yang berbeda tahun ini.”
Aku tahu Oppa tidak mau membicarakan soal waktu yang tersisa,tetapi aku tahu ia hanya mau menjalani sisa waktu yang ada dengan suatu kebahagiaan.
---------------------------------------------
31 Oktober 2009

Tanggal tiga November sudah semakin dekat dan itu berarti waktuku juga sudah semakin sedikit.
Namun entah mengapa sekarang aku baru menyadari bahwa aku tidak menyesal untuk hidup di waktu yang singkat ini.
Apakah karena kehadiran Oppa?
Walaupun ia tahu bahwa waktu terus mengejarku,tetapi ia selalu berjuang untuk membuatku bahagia di waktu yang seadanya ini.
Entah ia mengajakku untuk pergi mengenang masa-masa dulu atau pun pergi untuk bersenang-senang.
Kami mengambil foto sebanyak mungkin yang kami bisa.
Karena aku tidak ingin ia melupakanku begitu saja walaupun sebentar lagi aku akan tidak ada di sisi.
Akan tetapi,semakin mendekati hari itu aku menjadi semakin takut untuk pergi meninggalkan dirinya.
Aku tidak rela meninggalkannya,padahal sudah berulang kali kukatakan pada diriku bahwa aku tidak sepantasnya untuk egois.
Ia tidak seharusnya hidup dalam bayang-bayangku yang sebentar lagi akan meninggalkannya ini.
Mianhae,Oppa karena aku terlalu egois,tetapi bisakah kau tetap meningatku saja walaupun aku tidak dapat berada di sampingmu selamanya.
-----------------------------------------------
3 November 2009

“Omma! Mana buku resep itu?” tanyaku kepada Omma yang sedang serius merawat tanaman di halaman itu.
Hari ini adalah hari ulang tahun Oppa dan aku berjanji bahwa aku akan membuatkan sesuatu yang spesial untuk dirinya.

Aku ingin membuat kue tart dengan tanganku sendiri.
Memang kedengarannya itu merupakan hal sederhana dan biasa,tetapi aku harap Oppa menyukainya.

Dengan hati bersemangat kubuka lemari penyimpanan bahan makanan di dapur.
Akan tetapi,ternyata lemari itu sudah kosong tanpa sisa.
Hatiku langsung dipenuhi oleh kepanikan dan kekecewaan.
Kucoba memutar otakku dan akhirnya tanpa berpikir panjang kukeluarkan sepeda kesayanganku yang sudah lama disimpan di gudang.
Sudah lama aku tidak melihatnya.
Semenjak aku sakit Appa melarangku untuk menggunakannya,katanya aku tidak boleh terlalu lelah.
Tetapi untuk kali ini saja,Appa…mianatta…tolong maafkan kelakuanku.
---------------------------------------------------
Aku memboseh sepeda keluar dari gudang tanpa sepengetahuan Appa maupun Omma.
Semuanya berjalan lancar seperti yang dipikirkan olehku.

Aku sampai ke toko bahan-bahan kue langganan Omma dan dengan segera kuparkirkan sepedaku di sebelah pintu toko lalu berlari masuk ke dalam.
Aku memborong semua bahan-bahan yang kuperlukan dan memasukkannya ke dalam keranjang sepeda.
Kuboseh kembali sepedaku pulang.
Perjalanan terasa lancar dan sedari tadi.
Aku bisa menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahku,namun tiba-tiba kurasakan lagi rajaman penyakit yang serasa menyayat lambungku ini.
‘Tuhan tolong…berikanku perpanjangan waktu lagi,aku hanya mau merayakan ulang tahunnya dan setelah itu kau boleh menjemputku kembali,’ kupanjatkan doaku sambil berharap rasa sakit ini akan hilang.
----------------------------------------------------
Aku tiba di rumah dengan keadaan kotor dan berantakan.
Kedua lututku luka akibat jatuh dari sepeda dan sekarang aku hanya dapat berjalan terseok-seok ke dalam dapur.

Kukeluarkan semua bahan kue yang tadi kubeli di atas meja dan mulai kucoba membuat tart itu sesuai dengan panduan di resep.

1 jam…
2 jam….
3 jam….
5 jam…

Lima jam tak terasa telah berlalu dan sampai sekarang tak ada kue buatanku yang berhasil dengan sukses.
Hatiku sudah semakin tidak bersemangat melihat semuanya.
Kulihat sekitarku dan semuanya sudah berubah menjadi kapal pecah.
Tepung bertaburan di mana-mana sedangkan alat-alat masak pun masih berantakan di atas meja dengan keadaan kotor.

Kulihat jam yang tergantung di dinding dapur.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima malam dan aku baru ingat bahwa kemarin aku berjanji akan bertemu Oppa di kebun kenanganku jam sembilan malam.

‘Aish…aku harus segera ke sana,’ gumamku sambil menanggalkan celemek di tubuhku lalu berlari sambil menahan sakit ini.
Sejak sore rasa pilu selalu tak pernah meninggalkan lambungku ini.
Aku tahu ini memang sudah waktunya dan aku hanya dapat menunggu akan menjemputan dari-Nya.
------------------------------------------------
Malam ini hanya sinar bulanlah yang menerangi gelapnya kebun.
Hanya sedikit cahaya remang-remang yang menerangi dari kejauhan,namun tetap saja aku tidak dapat melihat segalanya dengan jelas.
Kuputar bola mataku sekeliling.
Mencari sesosok yang kukenal,namun tidak ada seorang pun yang menungguku di sana.

“OPPA!” aku berteriak.
Namun tidak ada yang menyahut teriakkanku itu.
Aku terus melihat kesekeliling mencarinya dan membuatku aku hampir frustasi.
Kekecewaan sekaligus ketakutan langsung menghampiriku.
Mataku sudah berkaca-kaca.
Namun tiba-tiba kudengar suara samar-samar dari kejauhan...
“Saengil chukahamnida…saengil chukahamnida…saranghaneun Shin Min Young…Saengil chukahamnida…”

Aku berbalik mencari asal suara itu dan membuka mataku agar bisa melihat orang yang menyanyikannya.

Oppa keluar dari tempat persembunyiannya sambil membawa tart yang bertancapkan lilin.
Tanpa disangka air mataku langsung meleleh.
Aku tidak bisa menahan haru yang kurasakan.

Aku tidak menyangka Oppa akan membuat kejutan seperti itu.
Walaupun semua kejadian ini bagaikan gambaran yang terulang kembali,tetapi aku tahu bahwa ini semua berbeda.
Rasa sayang Oppa kepadaku kali ini bukanlah rasa sayang yang diberikannya dulu.

“Ayo,tiup lilinnya,” ajakkan Oppa seolah menyadarkanku dari tangis haru.
Kuucapkan permohonan dalam hati sambil memejamkan mataku.

Wuusshh..
Kutiup lilin-lilin kecil yang menyala itu dengan senyum bahagia.
“Apa yang kau mohon?” tanya Oppa sambil mengelus kepalaku lembut.
Kukembangkan senyum terbaikku kearahnya.
“Kali ini...aku memohon agar Oppa selalu bahagia,aku ingin melihat Oppa menjadi orang terbahagia di dunia ini,aku tidak mau Oppa merasakan penyesalan atau pun kesedihan.”
Kuucapkan kata-kata itu dengan hati yang pilu.
Oppa yang terlihat tegar di depanku sekarang hanya dapat terpaku.
Aku tahu ia mengerti arti kata yang kuucapkan barusan.
Ia meletakkan kue tart yang dipegangnya di atas batu lalu mendekapku erat.
Kurasakan kesedihan dan ketakutan yang sama memenuhi dirinya.
“Oppa...aku takut,” bisikku pelan.
“Aku takut meninggalkanmu,aku takut tidak dapat melihat keceriaan yang kau berikan selama ini kepada diriku,Oppa...aku takut aku tidak bisa melihat semuanya lagi,” lanjutku.
Ia tidak menanggapi ucapku,namun ia mempererat pelukkannya.
“Min Young~a...jika aku boleh meminta,aku ingin sekali menghabiskan waktu denganmu lebih panjang lagi...”
Kuhentikan kata-kata dengan sebuah kecupan di bibirnya.
Aku tidak mau mendengarkan kata-kata itu dari mulutnya.
Aku takut aku tidak akan sanggup meninggalkannya jika mendengarnya.
------------------------------------------------
Kusandarkan kepalaku di bahunya.
Tubuhku sudah mulai mati rasa dan yang kurasakan hanyalah dingin yang menusuk kulitku.
Aku tahu ini memang saatnya.
Waktuku sudah habis dan Tuhan benar-benar telah mengabulkan permohonanku.
“Min Young,bagaimana ulang tahun kali ini?” kata Oppa pelan.
Kurasakan desahan hangat nafasnya menyentuh daun telingaku.
Aku tersenyum dan memejamkan mata.
“Yeppo...nommu yeppo..”
Aku tidak menjawab pertanyaannya melainkan hanya mengomentari kunang-kunang yang berterbangan di sekitarku.
Oppa ikut tertawa melihatnya.

“Min Young~a,mianhae karena telah membuatmu menderita selama ini...Mianhae karena aku datang terlambat.”
“Oppa,gwenchanayeo...Oppa memang datang terlambat,tetapi Oppa memberikan kebahagiaan bagi hidupku ini,gamsahaeyeo,” suaraku tercekat.

Lelah sekali rasanya hari ini.
Ini rasanya memejamkan mata dan tertidur untuk selamanya.

“Min Young,sekarang sudah tepat tengah malam..”
Kudengar Oppa berbisik lembut di telingaku,namun yang dapat kudengar hanyalah suara samar menjelang hilang.
Kupejamkan mataku sambil membalasnya dengan sebuah kalimat terakhir.
“Oppa,saranghae...”
----------------------------------------------------------


Akan kuingat semua kenangan ini Oppa...
Walaupun aku tahu ini kenangan yang tak bernama,tetapi aku akan selalu ingat semuanya.
Akan selalu kuingat senyumanmu,semangatmu,pelukkanmu,dan apa yang telah berikan bagiku.
Tak sia-sia rasanya menunggu..
Menunggu dalam kesepian dan kepedihan,tetapi semuanya berujung kebahagiaan.

Oppa,gomawo karena telah membuat hidupku berwarna dan memiliki arti.
Ingin rasanya memutar apa yang telah terjadi...
Memutar semua gambaran-gambaran wajahmu...
Namun sayangnya Tuhan tak mengizinkan hal itu...

Akan tetapi,jangan pernah menyesal dengan apa yang telah terjadi karena aku tidak ingin kau menyesal akan takdir yang telah diberikan olehTuhan kepadaku ini.
Aku ingin kau bahagia..walaupun tidak bersamaku...
Tetapi,sekali lagi kumohon agar kau selalu mengingatku karena aku pun akan selalu mengingatmu di atas sana...


Shin Min Young

-----------------------------------------------------------------

Label: